"ini ada surat cinta untuk kamu" ia langsung sodorkan kertas dari sakunya itu di depan wajah ku.
"habis kamu kali ini Farid" dahri langsung meyembur hawa ketakutan pada wajah ku.
Ketika selesai membaca surat panggilan buat orang tua dari ibu fatmawati aku langsung memasukan ke dalam saku celana, Takut ketahuan ibu dan ayah.
Untung mereka tidak berada di rumah, sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Ibu aku menjadi guru di pulau seberang, ia pulang setiap akhir pekan.
Sedangkan ayah sibuk menjajakan dagangannya di pasar, meskipun ia sering pulang ke rumah saat siang hari, ia tak tahu tentang anaknya suka membolos.
 Perhatiannya pada anak-anaknya tidak begitu besar di bandingakan ibu. Kadang ketika ia mendapati aku di rumah, aku beralasan hari ini guru sedang rapat jadi pulangnya cepat.
Pagi itu Suasana kelas menjadi riuh saat Prita ketua kelas tiba-tiba megatakan absen kelas hilang, prita mengatakan absen itu di taruh di atas mejanya saat hari kemarin. Satuh sekolah pun ikut gempar mendengar hilangnya absen kelas.
Berbeda dengan anak-anak yang rajin masuk kelas, bagi anak-anak yang malas masuk belajar, mendengar hilangya absen kelas menjadi mukjijat bagi mereka. Otomatis wali kelas kebingungan dalam menilai siswa.
Seperti sekolah pada umumnya kehadiran menjadi ukuran siswa-siswi itu mempunyai sikap baik atau tidak dan menentukan naik kelas tidaknya siswa.
Hari itu saat masuk kelas, semua mata tertumbuk padaku. Aku terlihat  seperti seorang kriminal yang baru saja melakukan kejahatan besar, pengganggu stabilitas.
"di mana kamu simpan absen kelas" kata-kata  prita melaju kencang ke arah aku saat mencoba membetulkan tempat duduk.