Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hilangnya Absen Kelas

22 November 2018   20:31 Diperbarui: 23 November 2018   00:29 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebenarnya kemalasan aku untuk masuk di ruang kelas, mengikuti pelajaran bukan tanpa sebab. semenjak duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah pertama, Aku  berkeinginan masuk di sekolah menengah kejuruan bila lulus nanti.

tetapi keinginan itu harus kalah dengan kemauan orang tua yang lebih menginginkan aku masuk sekolah Agama.

Aku sudah merasa bosan melihat bangunan-bangunan sekolah itu, saat pertama kali masuk belajar di hari pertama masuk kelas.

 Bangunan sekolah serta isinya sudah aku hafal apalagi dengan guru-gurunya, tak lain karena sekolah ini satu lingkungan dengan sekolah aku saat  di madrasah Tsanawiyah.

Sekolah agama yang aku masuk adalah di bawah lembaga pesantren dengan berbagai jenjang pendidikan mulai dari PAUD sampai SMA.

Semuanya berada dalam satu lingkungan pesantren, tidak heran bila aku merasa jenuh dengan tempat ini. Aku membutuhkan lingkungan baru, teman baru.

Tiba-tiba saja ada suara ketukan pintu dari depan saat aku sedang asik di dalam rumah. Dahri teman sekelas aku datang, ia menatap seraya tersenyum, nampak kedua giginya yang besar di depan.

"ada apa ri kok ke rumah" aku coba mencari tahu maksud kedatangannya ke rumah.

"kamu di cari ibu fatimah" ujar dahri dengan wajahnya terlihat serius menatap .

"jangan menakuti-nakuti aku ri, aku tahu maksudmu datang kesini" aku mencoba menebak-nebak sanubarinya. Tapi kali ini ia tampak serius, membuat aku sedikit cemas.

Ia bukan datang untuk menakuti-nakuti. Selang berdiri lama dan menatap aku, dahri kemudian mengambil sesuatu dari saku kemeja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun