Suatu penelitian menunjukan bahwa beberapa hewan mamalia yang mampu hidup di bawah air seperti anjing laut memiliki limpa yang lebih besar. Kondisi tersebut juga dimiliki oleh orang-orang Suku Bajo.
Jika orang-orang Suku Bajo terus meneruskan tingal di lautan selama beberapa ribu tahun kedepan, mungkin manusia ikan bukan hanya ada di film atau dongeng. Sayangnya, kebanyakan orang Bajo pindah menetap ke daratan. Hal ini dikarenakan sulitnya mencari stok makanan yang tersedia di lautan dan juga karena mereka dianggap sebagai kelompok marjinal oleh sebagian orang. Mereka juga tidak bisa menikmati hak kewarganegaraan mereka, seperti orang-orang yang tinggal di daratan.
Selain dikenal karena kemampuan menyelamnya, Suku Bajo juga dikenal ahli dalam menangkap ikan (daya), cumi-cumi (suntung), gurita (raki) dengan menggunakan ringgi, rua, sarapang, serampang (jala) atau dengan tombak. Mereka juga memiliki bagang dan jaring yang ditambatkan pada perahu, naeng (perahu kecil), guiop yang dilengkapi dengan mesin yang digunakan sebagai kendaraan. Hasil tangkapan yang mereka dapatkan nantinya akan dijual segar atau dikeringkan, diasap, dan diasinkan.
Â
Lain-lain tentang Suku Bajo
- Tempat Tinggal
Masyarakat Suku Bajo terbagai dua, yaitu Bajo daratan yang membangun rumah-rumah di pesisir atau didirikan di atas karang yang telah mati. Yang kedua adalah Bajo laut yang mendirikam rumahnya di atas permukaan air laut.
Dalam proses pembangunan rumah, masyarakat Bajo masih menganut sebuah kepercayaan bahwa ada hari baik untuk mendirikan rumah. Sebelum membangun rumah, mereka mengadakan upacara adat. Masyarakat Bajo juga mengikuti dan memahami kondisi alam yang akan mereka tinggali.
Nama dari rumah adat suku Bajo adalah Babaroh atau rumah panggung. Mereka (masyarakat Bajo) membagi bagian dalam rumah menjadi 3 ruang, yaitu ruang lego-lego sebagai teras ,ruang watangpola sebagai badan rumah,ruang pocci bola sebagai pusat rumah.
Masyarakat Bajo juga percaya bahwa arah barat adalah arah kiblat dan suci sehingga tidak boleh digunakan sebagai arah buang air. Anak tangga juga harus berjumlah ganjil agar tidak menghambat rejeki.
- Kepercayaan
Sebagai suku laut, masyarakat Bajo memiliki kepercayaan asli yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka hidup. Mereka percaya kepada penguasa lautan, mereka menyebutnya Mbo Ma Dilao. Sebagian masyarakat Bajo juga ada yang beragama Islam.Â
- Tradisi dan AdatÂ