Bahan bakar fosil, asap dari knalpot kendaraan, produksi industri (minyak bumi) dan power plant (batu bara), serta pembakaran kayu, kebanyakan merupakan penyumbang polutan partikel berbahaya di udara
Ada 8.8 juta kematian tercatat oleh WHO diseluruh dunia setiap tahun, karena dipicu oleh buruknya kualitas udara yang dihirup
Solusi mengatasinya adalah dengan mengurangi pemakaian energi fosil dan beralih ke energi yang lebih bersih dan terbarukan secara global serta selalu menjaga udara di dalam ruangan tetap bersih dengan alat pembersih udara
Pencemaran udara oleh berbagai jenis polutan dapat menurunkan kualitas udara. Bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara yang digunakan pada kendaraan bermotor, sektor industri dan juga power plant, menjadi penyebab utama polusi udara.Â
Batu bara bertanggung jawab, sekitar 60% dari emisi sulfur dioksida, penyebab penyakit pernapasan dan hujan asam, serta bahan bakar transportasi yang menghasilkan setengah nitrogen oksida, yang dapat memicu masalah pernapasan dan pembentukan partikel berbahaya (dikenal dengan mikroskopik PM2.5) dan polutan lainnya, termasuk ozon.Â
Kawasan urban (di suatu negara) dapat  dengan mudah menjadi hotspot polusi, karena berkonsentrasi orang, penggunaan energi, aktivitas konstruksi dan lalu lintas. Temuan ini terungkap dari laporan Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA) pada Juni 2016.
Organisasi Kesehatan Dunia atau dikenal dengan WHO sebelumnya memperkirakan bahwa kemungkinan polusi udaralah yang bertanggung jawab atas 4.5 juta kematian di seluruh dunia.Â
Tetapi para peneliti Jerman menghitung ulang data yang tersedia untuk menemukan jumlah korban sebenarnya mendekati angka 8.8 juta per tahun di seluruh dunia, dimana sebagian besar disebabkan oleh penyakit jantung.Â
Hal ini didukung oleh journal yang di release oleh European Heart Journal, yang menyebutkan bahwa setidaknya ada 48% penyakit kardiovaskular (ischemic heart disease dan stroke) dan penyakit tidak menular lainnya, sebesar 32%, harus diperhitungkan sebagai kematian akibat penyakit kardiovaskular.Â
Persentase yang sangat besar untuk membuktikan bahwa polusi udara lebih bertanggung jawab daripada asap rokok. Di Indonesia sendiri, estimasi persentase kematian di tahun 2016 diakibatkan oleh penyakit tidak menular (Non-Communicable Disease atau NCD) sebesar 56%, yang terdiri dari 35% kardiovaskular, 15% penyakit tidak menular lainnya, dan 6% penyakit kronis pernapasan (dikutip dari WHO-NCD country profile 2018).Â
Polutan yang dihasilkan dari emisi bahan bakar fosil (asap kendaraan, cerobong asap sektor industri dan power plant) akan terhirup oleh manusia, partikel PM2.5, yang merupakan partikel karsinogen (pemicu kanker), masuk ke paru-paru dan memasuki aliran darah serta menyebar keberbagai organ tubuh.Â
Jika pembuluh darah terpapar PM2.5 secara terus-menerus dan menahun, dapat berpotensi merusak pembuluh darah dan kardiovaskular.Â
PM2.5 juga menyebabkan gangguan pada pernapasan seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), gangguan fungsi paru, penyakit paru obstruktif kronik, bahkan kanker paru-paru.
Tindakan protektif dapat dilakukan dengan menggunakan pembersih udara (HEPA filter) di ruangan untuk menjaga udara agar tetap bersih, kesehatan terjaga sehingga kematian dini dapat terhindar.Â
Secara global, beralih dari penggunaan energi bersih, tidak menghasilkan polutan sehingga tidak mencemari udara, seperti energi angin, matahari, dan hidro (air) merupakan alternatif yang tepat, selain karena alasan dapat diperbaharui, energi ini juga berkelanjutan karena tersedia di alam.Â
Selain energi terbarukan, gas alam juga memancarkan polusi udara lebih sedikit daripada fosil lainya. Hal ini penting untuk diperhatikan karena polusi udara bukan sesuatu yang dapat kita hindari, smoking is avoidable, but air pollution is not !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H