Mohon tunggu...
Hifdzi Ulil Azmi
Hifdzi Ulil Azmi Mohon Tunggu... PNS -

seorang Apoteker muslim, penulis lepas di surat kabar, bekerja untuk negeri. Tim Penyusun Laporan Kinerja dan Renstra Instansi Pemerintah. more info at hifdziua.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upaya dan Tantangan Menuju Pendidikan sebagai Gerakan Semesta

29 Mei 2016   21:37 Diperbarui: 29 Mei 2016   22:41 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah baca merupakan contoh wujud aksi nyata pendidikan sebagai gerakan semesta. Hadirnya rumah baca setidaknya mampu meningkatkan minat anak-anak untuk lebih dekat dengan buku sebagai jendela ilmu. Gambar merupakan rumah baca dan bermain Lentera Ilmu yang didirikan pasangan suami istri Muhammad Wahid dan Suci Milawati di Jombang, Jawa Timur. (http://surabaya.tribunnews.com/ )

Lalu apa saja yang bisa dilakukan kedua orang tua dalam menunjang keberhasilan pendidikan anak ?

Pertama dan yang paling utama, orang tua harus berperan sebagai uswatun hasanah atau teladan yang baik. Mengapa peran ini begitu utama? Pertama, Karena teladan yang baik mampu menjangkau anak dari segala usia, mulai dari bayi, balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Kedua, seorang anak akan banyak meniru apa yang dilakukan kedua orangtuanya, terutama pada usia balita hingga remaja. Jika tidak bisa memberi teladan yang baik, maka sang anak akan tumbuh tanpa diikuti nilai-nilai yang baik pula.

Kedua, orang tua harus mampu membangun komunikasi yang baik di lingkungan keluarga bersama sang anak. Komunikasi yang baik akan menjadikan keluarga sebagai sandaran dan acuan anak dalam menghadapi kebimbangan maupun persoalan yang dihadapi. Ketika hal ini tidak dibangun sejak awal, kehidupan anak akan lebih mengacu kepada pergaulan di luar yang boleh jadi sarat akan degradasi nilai dan norma. Inilah yang akhirnya menyebabkan kenakalan remaja dalam bentuk tawuran, pesta miras, narkoba, pemerkosaan bahkan hingga pembunuhan.

Ketiga, keluarga perlu memelihara kasih sayang dengan anak. Cara yang paling baik ialah dengan banyak melibatkan anak dalam aktivitas bersama di keluarga, seperti saat beribadah, makan, menonton TV, hingga rekreasi keluar rumah. 

Penguatan PAUD dan TK, supporting pendidikan keluarga

Selain di rumah bersama keluarga, pendidikan anak usia dini dan taman kanak-kanak juga memegang peranan penting dalam mendukung fondasi karakter anak. Dalam buku berjudul All I Really Need To Know I Learned in Kindergartenkarangan Robert Fulghum, segala hal yang perlu diketahui mengenai hidup ini sepatutnya dipelajari saat TK. Maka pendidikan dini diharapkan mampu mensupport keluarga dalam menanamkan pendidikan anak. Di dalam buku tersebut, terkandung berbagai nilai baik yang semuanya mendukung karakter anak didik seperti dilarang mengambil milik orang lain, menghormati orang yang lebih tua, segera meminta maaf jika sengaja maupun tak sengaja berbuat salah pada orang lain dan lain-lain. Semua nilai yang diajarkan pada pendidikan usia dini ini tentu sangat diperlukan anak sebagai bekal awal dalam membedakan yang baik dan salah.

Beberapa nilai kebaikan yang diajarkan pendidikan usia dini dalam buku All I Really Need To Know I Learned in Kindergarten karangan Robert Fulghum (www.huffingtonpost.com)
Beberapa nilai kebaikan yang diajarkan pendidikan usia dini dalam buku All I Really Need To Know I Learned in Kindergarten karangan Robert Fulghum (www.huffingtonpost.com)
Membangun Komitmen dan Pelibatan seluruh elemen secara sinergis

Ketika semangat nasionalisme telah tertanam dan terpelihara, maka langkah berikutnya yang perlu dilakukan ialah membangun komitmen bersama dan pelibatan seluruh elemen khususnya yang berkepentingan. Pendidikan sebagai gerakan semesta bukan tanggungjawab guru dan sekolah saja. Juga bukan menjadi tanggungjawab kemendikbud saja. Maka pelibatan seluruh elemen menjadi suatu hal yang harus dilakukan.

Contoh kegiatan pelibatan beberapa elemen pendidikan dalam mengeavaluasi proses pembelajaran. Gambar merupakan rapat pertemuan antara pihak sekolah, pengurus komite dan para wali murid, Kamis 14 Juli 2014 bertempat diruang pertemuan Madrasah Aliyah Negeri Seluma (http://bengkulu.kemenag.go.id/ )
Contoh kegiatan pelibatan beberapa elemen pendidikan dalam mengeavaluasi proses pembelajaran. Gambar merupakan rapat pertemuan antara pihak sekolah, pengurus komite dan para wali murid, Kamis 14 Juli 2014 bertempat diruang pertemuan Madrasah Aliyah Negeri Seluma (http://bengkulu.kemenag.go.id/ )
Saya jadi teringat ketika saya masih bersekolah di SD Islam Al-Fajar, Perumahan Harapan Baru, Bekasi pada tahun 1994-2000. Saat itu, perhatian komite sekolah sangat besar terhadap perkembangan siswa-siswinya. Setiap bulan, rutin selalu dilakukan pertemuan antar wali  murid dan wali kelas. Pertemuan ini berlangsung sejak saya kelas 1 hingga 6 SD. Agenda utama yang dibahas adalah penyampaian evaluasi proses belajar mengajar di kelas secara umum dan masukan dari ibu wali murid untuk perkembangan putra-putrinya. Melalui pertemuan ini, wali murid mendapatkan banyak gambaran mengenai pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Selain itu, wali kelas juga mendapatkan feedback positif dari wali murid agar terjadi suatu peningkatan pembelajaran. Pertemuan seperti ini adalah contoh bagaimana membangun keterlibatan seluruh elemen secara sinergis dalam mendukung pendidikan sebagai gerakan semesta.  

Membuat aksi nyata bersama

Pendidikan formal memang ditempuh melalui sekolah mulai dari TK, SD, SLTP, SMA, hingga perguruan tinggi. Bagi kita yang tinggal di kota besar dengan segala kelengkapan fasilitas di dalamnya, mungkin mudah untuk mendapatkan pendidikan semacam ini baik negeri maupun swasta. Namun jika kita berbicara Indonesia yang masih berproses dalam pemerataan pembangunan, perlu sebuah aksi nyata agar pemerataan pendidikan bisa tercapai dari Sabang sampai Merauke.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun