Mohon tunggu...
Michel Irarya
Michel Irarya Mohon Tunggu... Lainnya - IT

Cumi ingin nulis, itu saja!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerpen: Aku Belum Tahu Namamu, Tapi Aku Tahu Siapa Dirimu

1 Desember 2015   00:13 Diperbarui: 1 Desember 2015   00:15 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Eh Gue balik dulu ya, makasih lho udah bantuin. Sampai ketemu” Katanya

Ia  menunggangi sepedanya dan pergi begitu saja. Aku bahkan belum tahu namanya.

***

Aku masih menaruh harapan untuk bertemu dengannya sekali lagi. Bahkan berharap ia akan menabrak orang sekali lagi dihadapanku, agar bisa kuperbaiki cerita saat itu. Setelah seminggu, seperti biasa, aku rutin ke Museum Asia afrika menulis catatan-catatan pendek. Aku berharap Ia muncul dari ujung jalan itu. Tapi Ia tak pernah muncul lagi.

***

Disuatu sore diakhir minggu, di Sebuah Mall di tengah Kota Bandung. Aku sedang berada parkiran sepeda yang letaknya bersebelahan dengan parkiran Mobil setalah membeli sebuah celana jins obral.  Saat sedang membuka gembok pengaman sepeda tanpa sengajar aku melihat Gadis itu keluar dari sebuah mobil sedan mewah dengan penampilan yang bisa dibilang Sexy. Ia mengenakan Rok pendek, lebih cantik dibandingkan saat pertama kali aku melihatnya. Rambutya  masih sepunggung, hitam dan lurus. Dengan polesan mekaup, Ia terliat benar-benar Cantik.

Kami hanya berjarak sekitar 10 meter, tapi ia tak melihatku. Barangkali ia memang tak mengenalku. Aku tak henti menatapnya  kagum, rasanya ingin menghampirinya tapi tak berani.

Dari pintu pengemudi keluar seorang lelaki berkumis tipis berambut pendek rapi, dengan kaos polo, celana jins dan sepatu kulit mengkilap, terlihat sangat necis. Saya tebak ia berumur hampir 40 tahun dari bentuk tubuh dan raut muka yang sudah tak kencang lagi.

“Ayok om sayang” rengeknya sambil mengulurkan tangan dengan gayanya yang manja.

Bak disengat listrik, dadaku sesak, aku diam terpaku tak bergerak. Kata-kata itu cukup jelas tertangkap indra pendengaranku. Ia kemudian menggandeng sambil bergelayut dilengan lelaki itu dengan polah manja. Mereka berjalan masuk ke Mall dan menghilang dari pandanganku.

Dadaku terbakar, entah, mungkin cemburu. Dengan rasa dongkol, aku meraih sepedaku dengan kasar dan kupacu dengan kecepatan tinggi ditengah padatnya lalu lintas jalan raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun