“Enggak sih, baru dua tiga harian inilah”
Pandangannya masih terpaku pada layar telepon genggamnya. Aku mulai canggung, aku merasa Dia tidak begitu memperdulikan keberadaanku didekatnya. Sementara Jam di tanganku mengisyaratkan sudah lewat pukul 9 malam.
“Eh, Sampai mana tadi, Oh iya, tinggal dimana mas?” Tanyanya tiba-tiba
“Di soekarno-hatta” Jawabanku sengaja kubuat menggantung agar ada alasan untuknya bertanya lagi.
“Ohh..”
Sesederhana itu jawabannya, Aku berharap agar dia membalasnya dengan pertanyaan lagi, tapi wanita memang mahluk yang rumit, sulit diterka. Melihatnya masih sibuk dengan Telepon Genggamnya, Aku melihat kesempatan untuk bisa mendapatkan nomor Teleponnya. Susah payah aku mencari trik yang tepat agar tak terkesan Modus. Ku keluarkan Telepon Genggamku dari saku celana dan mencoba membuka lagi pembicaraan.
“Kamu kalau Gowes sendiri?”
“Kadang sendiri”
“Gowes bareng yuk kapan-kapan?”
“Boleh”
Hampir berhasil, tapi tiba-tiba suara dering dari telepon genggamnya menghancurkan segalanya. Ia menerima panggilan itu dengan nada yang tak biasa