"We kita pusing aba, Bu Salma suka torang pe kalas kompak Uti, ngana beken pelanggaran torang semua dapa getahnya.
Â
"Tenang Bro, kalo ngana tidak suka getahnya, minta jo dp buah,,,"
Â
"Buah lo,,,! Eee,,, kita so mo masuk kalas,,, Â baku bantah ngana ini!"
Â
Muslim lalu meninggalkanku dengan wajah kesal. Aku bermaksud melanjutkan permainanku tapi berhenti karena terdengar di pelantang, semua siswa tidak ada yang di lapangan kecuali yang  jam olah raga.  Siswa yang merasa bukan jam pelajaran olah raga berlarian menuju kelas masing-masing kecuali aku. Malah kulangkahkan kakiku ke mushollah. Di sana aku menunggu Ella dan Rusli sampai akhirnya aku ketiduran.
Â
Keesokan harinya, jam pertama sampai jam kedua adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Aku melihat teman-teman sibuk menyelesaikan tugas yang diberikan Bu Salma kemarin, maklum kerja kelompok, jadi terkadang hanya beberapa siswa yang mengerjakan, yang lain siap menyalin ke buku masing-masing. Aku santai aja karena merasa tidak masuk kelas kemarin.
Â
Tiba-tiba terdengar salam dari Ibu Salma. Dan serentak kami menjawab. Beliau pun masuk dan segera duduk di kursi guru, walau sekilas tampak tersenyum, kami tetap memiliki perasaan  tegang setiap beliau masuk di kelas kami. Beberapa teman laki-laki yang kaki bajunya berada di luar segera merapikannya dengan memasukkan ke dalam celana mereka.