Mohon tunggu...
hideki zaki
hideki zaki Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - siswa

kocak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Paskibraka dan Pasangan

2 Oktober 2022   15:42 Diperbarui: 2 Oktober 2022   15:44 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Udah ikut aja seleksi, masalah akhirnya keterima atau tidak itu urusan belakang. Yang penting kamu sudah mencoba dan merasakan bagaimana rasanya seleksi CAPASKA, sayang kalau kesempatan itu tidak kamu ambil karena kesempatan ini hanya ada sekali dalam seumur hidup kamu." Jawab papaku.

Kemudian mami ku juga ikut menjawab,

"Iya bener itu, kamu ikut saja, itu adalah kesempatan emas kamu karena kesempatan ini hanya datang sekali seumur hidup."

Setelah itu aku mulai terpikirkan tujuanku masuk kedalam ekskul paskibra ini karena aku ingin mendapat prestasi yang mentereng dan sekarang adalah saatnya aku berjuang mendapatkan prestasi itu. Pada akhirnya saya menghubungi kembali pengurus ekskul dan aku mengatakan bahwa aku mau dan aku siap untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Tidak lama dari itu, aku dihubungi oleh pihak sekolah untuk mengikuti kegiatan seleksi CAPASKA pada tingkat sekolah dulu dikarenakan kuota peserta yang terbatas untuk tingkat Kabupaten. Semasa aku menjalani seleksi pada tingkat sekolah itu aku tidak mengalami hal yang sulit, semenjak itu aku tidak memikirkan bahwa aku bakal lolos atau tidak. Tidak disangka sangka, pada saat pengumuman siapa saja yang lolos pada tingkat sekolah ternyata aku lolos dan disitu aku sangat senang, begitupun kedua orang tuaku yang sangat senang kalah aku lolos. Aku benar benar tidak menyangka bakal lolos.

Setelah seleksi tingkat sekolah itu, aku dipersiapkan untuk mengikuti seleksi CAPASKA tingkat Kabupaten. Pada saat harinya seleksi tiba, aku sangat gugup dan sangat khawatir kalau aku tidak akan lolos, karena aku harus bersaing dengan seluruh peserta dari berbagai sekolah dalam Kabupaten ku. Sebelum berangkat seleksi, aku meminta doa restu kepada kedua orang tuaku agar seleksinya dapat berjalan dengan lancar dan aku bisa lolos. Setelah beres semua tahapan seleksi, aku mulai tenang karena aku telah menyelesaikan tahapan untuk menjadi CAPASKA. Namun aku tetap gelisah karena aku takut kalau aku tidak akan lolos.

Beberapa minggu berlalu, akhirnya aku mendapat kabar yang sangat membuatku dan orang tuaku senang. Isi pengumuman itu ternyata daftar nama siapa saja yang lolos seleksi pada tingkat kabupaten dan dalam pengumuman itu terdapat nama aku yang berarti bahwa aku lolos. Kemudian aku dihubungi oleh pembina ekskul dan beberapa guru di sekolah untuk mengucapkan selamat. Beberapa minggu setelah pengumuman itu, aku diberi kabar kalau pihak Kabupaten ingin mengadakan pertemuan dengan seluruh anggota CAPASKA yang lolos pada tahap kabupaten. Dalam pertemuan itu, aku bertemu teman teman baru yang berbeda beda sekolah dan pada saat itu aku diberi jadwal latihan rutin.

Tibalah di hari pertama latihan, aku dan teman teman aku yang lain sangat merasa kelelahan dikarenakan itu adalah kali pertamanya kami berlatih dari jam 7 pagi sampai jam setenga 5 sore. Ditambah karena pada waktu itu sedang ada pandemi Covid-19 jadi kami semua harus berlatih dengan menggunakan masker. Hari pertama latihan itu kondisi aku mulai menurun. Karena imun tubuh yang menurun, ternyata aku jatuh sakit dan puncaknya ternyata aku terjangkit virus Covid-19 itu yang mengharuskan aku mengalami masa karantina selama 2 minggu. Pada saat itu aku merasa sangat takut menularkan virus ini ke orang lain sampai aku stres dan imun semakin menurun.

Selang beberapa hari, kondisi tubuh aku sudah mulai membaik. Aku sangat tidak sabar ingin segera bergabung latihan lagi karena aku sudah melewatkan 2 kali latihan rutin. Aku iseng berbicara kepada kedua orang tuaku bahwa aku sudah sehat. Aku ingin segera bergabung latihan.

"Kondisi aku udah membaik mih, pah! Aku mau cepet cepet latihan." Ujarku pada kedua orang tuaku.

Kedua orang tuaku langsung menjawab dengan nada yang agak tinggi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun