Ma'bad Al-jauhani dan Ghalian Ad-Dimasyqi, menurut Watt adalah penganut Qadariah yang hidup setelah Hasan Al-Basri (ibid:28). Seperti dikutip dari Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Ma'bad Al-Jauhani pernah belajar kepada Hasan Al-Basri. Paham Qadariah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu. Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras terhadap paham Qadariah. Pertama, seperti pendapat Harun Nasution, karena masyarakat sebelum islam dipengaruhi olehpaham fatalis. Ketika itu kehidupan bangsa arab sangat sederhana dan jauh dariilmu pengetahuan. Mereka selalu mengalah pada keganasan alam, panas yang menyengat, serta tanah yang gersang dan gunungnya gundul. Mereka merasa dirinya lemah dan tidak mampu menghadapi kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh alasan sekelilingnya.paham itu terus dianut meskipun mereka sudah beragama islam. Oleh karena itu, ketika paham Qadariah dikembangkan, mereka tidak dapat diterimanya. Paham Qadariah dianggap bertentangan dengan doktrin islam.
Kedua, tantangan dari pemerintah. Tantangan ini mungkin sangat bisa terjadi karena para pejabat pada masa itu menganut paham Jabariah. Ada kemungkinan juga pejabat pemerintah menganggap gerakan paham Qadariah merupakan suatu usaha menyebarkan paham dinamis dan daya kritis rakyat, yang mampu mengkritik kebijakan-kebijakan mereka yang dianggap tidak sesuai, bahkan dapat menggulingkan mereka dari tahta kerajaan.
Tokoh aliran Qadariah
Tokoh ajaran Qadariah adalah ma'bad Al-Juhani (tokoh utama Qadariah) dan Ghalian al Dimasyqi.
Ajaran Ajaran Aliran Qadariah
Allah tidak menciptakan amal perbuatan bagi manusia. Manusia bebas menentukan amal perbuatannya. Sebagai balesannya, manusia diberi pahala surga da siksa neraka.
Allah itu Esa dan tidak memuliki sidat.
Pelaku dosan besar adalah fasik, nukankafir, dan bukan pula orang mukmin. Mereka akan kekal di neraka.
2. Doktrin-diktrin Pokok Qadariah
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, masalah Qadariah disatukan pembahasannya dengan bahasan tentang doktrin-doktrin Mu'tazilah, sehingga perbedaan antara kedua aliran ini kurang jelas (Al-Syahrastani:85). Ahmad Amin menjelaskan bahwa doktrin qadar kiranya lebih luas dikupas oleh kalangan Mu'tazilah. Sebab, paham ini dijadikan salah satu diantara diktrin Mu'tazilah, sehingga orang sering menamakan Qadariah denga Mu'tazilah karena mereka sama-sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tindakan tanpa campur tangan Tuhan (Ahmad Amin:287)
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang doktrin Qadariah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya; manusia yang melakukan, baik atas kehendak maupun kekuasaannya, dan manusia pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan jahat atau kemauan dan dayanya (Harun Nasution, teologi islam:31).