Apa Yang Salah?Â
Coba kita kembali lagi menoleh keatas pada judul tulisan ini; "Tuhan Menciptakan Kelapa, Manusia Menemukan Sawit". Sepertinya terjadi kekeliruan atau menyimpang dalam sebuah penemuan dalam ilmu pengetahuan tentang sebuah anugerah Tuhan yang menciptakan kelapa sebagai hadiah. Seharusnya dikembangkan untuk kesejahteraan umat manusia, justru kita menemukan sesuatu yang mengingkari anugerah atau hadiah itu.
Atau coba kita mengulang lagi point-point penting ulasan diatas bahwa; Indonesia adalah negeri nyiur melambai dengan kelapa rakyatnya, Indonesia kaya akan kelapa sawitnya, hutan Indonesia dibabat dan berkurang hanya untuk budidaya sawit, Indonesia pengekspor minyak sawit terbesar, dan juga Indonesia justru pengimpor minyak goreng nabati.
Lalu faktanya sekarang apa yang terjadi? minyak goreng langka dan kalaupun ada dengan harga yang begitu mahal. Lalu untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng malah rakyat menjadi panic buying. Rakyat harus rebutan untuk mendapatkan minyak goreng dengan susah payah melalui antrean yang berjubel. Barusan terjadi dalam sejarah Indonesia antrean terpanjang akibat kelangkaan minyak goreng dipasaran.
Sejumlah spekulasi lahir bahwa ini ketidakbecusan tatakelola pemerintah. Dipihak pemerintah menuding ada yang sengaja menimbun minyak goreng. Bahkan ada yang paling ekstrim bahwa ada yang sedang by design menipu rakyat. Para pakar perkelapaan menganalisa akibat produk sawit lebih prioritas untuk kebutuhan ekspor untuk bahan baku biodisel ketimbang untuk minyak goreng, dan lain sebagainya.
Penulis tidak ingin berandai-andai tetapi yang pasti kita sedang mengalami "krisis kelapa", baik kelapa rakyat maupun kelapa sawit berakibat keadaan darurat minyak goreng (langka dan mahal).
Lalu harus bagaimana?Â
Tentu keadaan yang anomali dan ironi ini menjadi serba dilematis. Tetapi masih belum terlambat untuk kembali meningkatkan literasi generasi saat ini agar kembali ke basic pertanian "kelapa rakyat" sebagai komoditas unggulan bangsa Indonesia.
Bukankah kita bangsa yang pernah menoreh sejarah sebagai negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Bukankah kita dikenal dunia sebagai penghasil terbesar dari hasil kopra atau kelapa kering sehingga disematkan sebagai "Negeri Nyiur Melambai' karena melihat begitu melimpahnya kekayaan dan potensi dari tanaman pohon kelapa.
Hanya ini strategi jalan keluar bagi bangsa Indonesia untuk kembali membangun kesadaran akan pentingnya tanaman kelapa rakyat yang pemilik sahamnya adalah mayoritas rakyat itu sendiri. Kelapa rakyat sebagai tanaman rakyat yang sangat baik dari sisi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.
Sedang kelapa sawit harus bagaimana? Karena kepemilikannya bukan mayoritas milik rakyat (rakyat jelata) tetapi dimiliki segelintir pengusaha besar, perusahaan, yang pasti pemilik sahamnya orang-orang kaya atau anak asuh korporasi yang saat ini sedang menguasai televisi, majalah dan pemerintah itu sendiri.