Terdorong oleh rasa penasaran, Tuan Ermo mendekati benda-benda yang sudah tergeletak di pasir dasar laut. Benda-benda itu tidak lain adalah sampah berupa potongan-potongan besi dan logam berat. Tuan Ermo mendongak dan melihat ada yang mengapung di permukaan laut. Banyak sekali. Beberapa melayang turun.
      "Seperti hujan!" seru Mydas.
      "Benar, tapi ini bukan hujan air. Ini hujan sampah!" Tuan Ermo terdengar marah.
      "Kenapa benda-benda ini dibuang ke sini? Rumah kita 'kan bukan tempat sampah," tanya Chelonia heran.
      "Inilah perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Kita harus berhati-hati. Sekarang anak-anak, kumpulkan benda-benda yang berserakan ini di satu titik. Di sini, ya di sini. Jika sudah terkumpul, kalian boleh makan siang dengan rumput laut di ladang ini," ucap Tuan Ermo.
      Anak-anak penyu mulai mengumpulkan benda-benda kecil yang berserakan. Benda-benda berat seperti potongan besi dan logam, dibiarkan. Oliva dan Carla lebih banyak mengeluh karena mereka harus mengumpulkan sampah manusia yang mengganggu kesenangan mereka.
      "Tuan Ermo, Cori terluka!" teriak Chelonia ketakutan.
      Tuan Ermo dan anak-anak penyu segera berkerumun mengelilingi Cori yang hidungnya sudah tersumbat benda panjang.
      "Cori tadi mendongak cukup lama dan agak terlambat menjauh saat sampah-sampah itu jatuh," tutur Chelonia menjelaskan.
      "Ini sedotan plastik," kata Tuan Ermo.
      "Aw! Sakit! Benda ini menyumbat hidungku," keluh Cori dengan suara yang terdengar aneh.