Masa selanjutnya, islam, dari islam masuk banyak yang menggunakan tasawuf, inilah alasannya: penting dikabarkan bahwa dengan tawasuf, agama menjadi lentur, tidak ketat dengan sesuatu yang bernama fikih. Tidak baku. Tidak kaku. Selain itu, tentu mempunyai sisi mistisme. Inilah yang menjadi kuat, tentang keislaman Indonesia: masih terikat dengan tradisi sebelumnya, hindu-budha, namun ada sisi yang lebih berbeda. Selain tasawuf, islam mempunyai wujud yang lain, yakni eksistensi muslim, yakni dengan shalat, dan tempat ibadah. selain itu, ajaran islam pun, tidak benar-benar menganjurkan penuh tentang mistisme, cenderung tawasuf memang mistis, namun selain itu, islam menerima dunia, islam menerima kenyataan, itulah yang menjadikan islam semakin diterima. Artinya, sisi mistis dijalankan, namun jangan lupa bekerja.Â
Kenapa begitu? Karena bekerja juga tradisi geografi yang tanahnya subur. Islam laksana mata koin, awalnya masuk tasawuf, lalu muncul yang lain, yakni penampakan islam. Perkembangan waktu, tokoh-tokoh keislaman datang keindonesia: para habib, para ulama, penerus kiai, dan lain sebagainya. Dari mereka juga, terdapat keragaman islam Indonesia, namun persetujuan umumnya: Indonesia mempunyai islam sendiri, yakni islam Indonesia, yang tentunya berbeda dengan islam arab, walau statusnya sama, islam. karena agama islam, maka tentu, mengikuti tradisi arab: hafalan.
orang-orang hal mistis tentunya didukung dengan tempat-tempat yang mistis. yang kemudian berefek pada segi pakaian:
Maka pakaian bagi orang-orang mistis, kurang nilai-maknanya, sekali pun para penyebar menggunakan pakaian ala arab, namun tidak menganjurkan kaumnya untuk berpakaian yang serupa, terlebih lagi tidak menekankan untuk berpakaian yang serupa, alasannya, karena ilmu, para penyebar lebih mengerti tentang kualitas umatnya. Yang lebih utama adalah tentang keimanan, dan menjalankan agama islam (akal dan hati).
Efek lanjutnya, eksistensi kurang diperdulikan. Wal-hasil, bangunan-bangunan, atau tempat-tempat keduniaan kurang diperhatikan, karena penyampai agama lebih memperhatikan tengang bagaimana ‘rasa’ keimanan atau keyakinan. Oleh karenanya, banyak umat Indonesia mempunyai kekuatan ampuh, dengan mengamalkan ayat al-quran dengan lantaran yakin.
Selanjutnya, masa eropa, masa colonial, masuknya eropa, membaca paradigma berpikir cepat dan melesat. Sebab, tawaran mereka adalah lebih meneguhkan tentang kehidupan manusia, memunculkan watak alamiah manusia nusantara—maksudnya ini adalah bahwa tekanan agama; hindu-budha dan islam adalah mengendalikan watak manusia, bahwasanya dunia adalah sampiran belaka, jangan begitu teramat dipentingkan, karena yang lebih penting adalah kehidupan yang ada datang, oleh karenanya terus-teruslah berbuat kebaikan—sejak adanya bangsa eropa di Indonesia, paradigm pendidikan mulai ditekankan pada pola-pola ilmiah, pada pola-pola pembuktian
 Hal itu, lebih dipatenkan dengan didirikan sekolah-sekolahan model eropa (yakni sekolahan seperti tradisi eropa; tradisi intelektual) banyak yang setuju, banyak juga yang belajar dengan ini. siapa yang belajar, adalah mereka-mereka yang statusnya ‘besar’ di negeri Indonesia. Siapa mereka? Anak-anak pemerintahan. Lalu bagimana system-kegamaan? Masih juga diberlakukan. Masih juga bertahan, alasan utama adalah watak dari manusia Indonesia itu sendiri: menyukai hal mistis.
Selanjutnya, zamanya informasi, sekarang, informasi pengetahuan melesat tajam. Konsep-pemikiran eropa, melesat. Konsep-pemikiran jazirah arab, melesat. Kaum bawahan, juga turut meramaikan keduanya. Banyak orang yang belajar ke eropa, namun banyak juga orang yang belajar di jazirah arab. Dan tentu, yang paling banyak, orang belajar di negerinya sendiri, Indonesia.
Akhir kata, tradisi keilmuan Indonesia: mengikuti tradisi arab, hafalan, tapi tidak seluruhnya. Mengikuti tradisi eropa, ilmiah, tapi tidak seluruhnya. Namun tetap menjadi manusia religious, religious yang tidak sepenuhnya. Sebagian ada yang sangat religious, sebagain ada yang religious-religiusan, tapi religious.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H