Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Buku Pembuka Hidayah Jilid II: Novel Biografi KH. Choer Affandi

25 November 2021   14:48 Diperbarui: 25 November 2021   15:01 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Tatang Hidayat

(Penulis Nilai-Nilai Pemikiran Pendidikan KH. Choer Affandi dalam Jurnal Tadris Vol 14, No. 1 tahun 2019 IAIN Madura)

Fauz Noor Zaman kembali menyapa kita dengan Novel Sejarah, kali ini datang dengan Novel Pembuka Hidayah : Biografi Uwa Ajengan Jilid 2 dan langsung membuka order online di Momen Hari Santri Nasional 22 Oktober 2021, tidak saya tunda lagi untuk segera pesan.

Saya merasa bersalah karena telat membaca buku ini, padahal buku ini sudah ada di rumah sejak 26 Oktober 2021. Namun saya baru selesai membacanya ketika baru pulang dari Sukabumi setelah melakukan napak tilas dan ingin mengetahui karya KH Ahmad Sanusi, Pimpinan Pesantren Syamsul Ulum Gunung Puyuh Sukabumi serta ditambah berbagai kesibukan lainnya, baru pada 2 November 2021 novel ini selesai dibaca.

Bergetar hati dan bulir-bulir bening pun tak terasa menetes di pipi ketika saya membaca novel ini, apalagi novel ini diawali dengan membahas masa fitnah yang begitu menyesakkan, perjuangan Tentara Islam Indonesia (TII) di gunung, peristiwa rajam dan pembunuhan 2 ulama kharismatik Tasikmalaya yakni Ajengan Masluh dan Ajengan Fakhrudin yang dituduhkan kepada TII, hingga kontak senjata antara Darul Islam dan Darus Salam di Pesantren Cipari.

Buku ini merupakan buku keempat Fauz Noor dalam mengangkat biografi ulama dalam bentuk novel. Sebelumnya ia telah menulis Syahadah Musthafa (novel perjuangan Asy Syahid KH. Zainal Musthafa), Cahaya Muhsin (Biografi KH. A. Wahab Muhsin), dan Pembuka Hidayah (Biografi Uwa Ajengan Jilid 1).

Dari sisi bahasa, saya kembali sangat terpesona dengan penulis buku ini, Fauz Noor mampu mengolaborasikan kekayaan kosakata dan cara beliau menuliskannya tidak pernah membosankan. Padahal tema buku ini sebenarnya sangat berat dan sensitif, karena mengangkat tema salah mantan tokoh DI/TII, yang selama ini DI/TII mempunyai kesan adalah pemberontak.

Pada bagian judul, Menyelamatkan Keluarga, Fauz Noor mampu menggambarkan suasana yang begitu haru akan perjuangan Choer Affandi untuk menyelamatkan anak yang ada dikandungan istrinya. Di sisi lain ia mampu mewarnai adegan mencekam saat Oyoh Shofiyah melahirkan anak ke-5 seorang putri (Enung Muthma'innah), dalam kejaran atau tentara Soekarno. Nampak Fauz Noor sangat apik menggambarkan suasana saat itu sehingga para pembaca akan dibuat haru dan terbawa suasana saat itu.

Sebagai novelis, ia pun piawai menyelipkan dialog-dialog guyon khas orang Sunda, terutama pada tokoh historis bernama Sya'ir yang lebih terkenal dengan si Hideung. Satu tokoh yang kemudian hari wafat di Bungur Sari Kota Tasikmalaya.

Pembahasan novel ini sebenarnya tidak hanya mengangkat berbagai peristiwa di Priangan, tetapi mengangkat juga berbagai peristiwa nasional. Salah satunya pembahasan cita-cita tentara Islam ternyata memincut para tentara lainnya di luar Jawa Barat untuk mendeklarasikan hal yang yang sama meskipun konflik dan motivasinya bisa disebut berbeda dengan yang terjadi di Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun