Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

350 Tahun Berjihad Fii Sabilillah Melawan Penjajahan

16 Agustus 2021   16:29 Diperbarui: 16 Agustus 2021   16:44 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sultan Mahmud Badaruddin II, Sultan Pejuang dari Kesultanan Palembang (Sumber : wikipedia.org)

Luzon (1546 M), Pasukan Islam Luzon Melawan Syiwo-Budho di Pasuruan

Papua (Abad 16 M), Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam

Nusa Tenggara (Abad 16 M), Berdirinya Kerajaan-Kerajaan Islam

Timor Leste Dikuasai Portugis (1512 M).

Narasi ini penting untuk diluruskan, bahwa bangsa kita tidak pernah dijajah 350 tahun, tetapi bangsa kita 350 tahun berjihad fii Sabilillah melawan penjajahan.

Jika kita mengakui narasi bahwa bangsa kita dijajah 350 tahun, kadang kadang kita terpengaruh cerita, dan membayangkan para pendahulu kita, leluhur kita, kakek kita itu nyembah nyembah, bodoh-bodoh, dan lemah-lemah. Padahal leluhur kita angkat senjata, kita  melawan, sehingga jazirah nusantara dari ujung barat hingga timur disuburkan dengan jutaan liter darah syuhada.

Suburnya darah syuhada memberikan keajaiban terhadap negeri kita. Negara itu kalau dijajah biasanya kalau penjajah pergi, dari negara besar bisa pecah kecil-kecil, bandingkan di timur tengah ketika Kekhalifahan Utsmani kalah perang, Timur Tengah menjadi pecah beberapa negara dan batas negaranya garis garis lurus, karena itu dibagi bagi oleh para penjajah dan ditumbuhkan semngat sekulerisme nasionalisme supaya tidak bisa bersatu.

Namun kita bandingkan dengan bangsa kita, Indonesia yang awalnya terdiri dari puluhan kesultanan, bisa bersatu dan wilayahnya lebih besar daripada asal, ini betul betul atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong dengan keinginan luhur, keinginan luhur itu semangat jihad.

Sejak Sultan Pati Unus menggempur Portugis di Malaka sampai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Jihad Fii Sabilillah tidak pernah padam di jazirah Nusantara, patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu.

Bagaimana cara kesultanan-kesultanan berkoordinasi dengan jarak yang jauh bisa kompak dengan visi yang sama, sulit menjawab elemen apa yang bisa mengikat kesultanan-kesultanan mau bergabung dan menjadi Indonesia kecuali nilai Islam dan toleransi yang besar dari tokoh tokoh Islam. Wallohu 'alam bi al-Shawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun