Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenalkan Asy-Syahid KH. Zainal Musthafa dalam 4th Ulumuna Annual International Conference di Lombok, NTB, Indonesia

28 Juli 2021   12:48 Diperbarui: 28 Juli 2021   13:32 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kejadian tersebut, akhirnya KH. Zainal Musthafa harus merelakan dirinya mengalami berbagai siksaan, seperti di tembak, di pukul, di siksa, dilindas pakai mesin silinter, bahkan digusur dari padayungan hingga kaum namun berkat pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'l beliau tidak apa apa, bahkan gamisnya masih utuh. Memang berbagai bukti penyiksaan ini mesti ditelusuri lagi kevalidannya.

Kedua belas, setelah melewati berbagai siksaan,  KH. Zainal Musthafa dipindahkan ke Ancol dan disanalah beliau mengalami eksekusi. Hal ini yang perlu diluruskan, dahulu kita mengenal bahwa beliau dieksekusi dengan cara dipenggal, bahkan kisah beliau pun masuk dalam salah satu adegan Film Sang Kyai.

Namun setelah ditelusuri kebenarannya, eksekusi KH. Zainal Musthafa ternyata bukan dipenggal, tetapi dengan cara beliau duduk diatas papan yang sudah disimpan dibawahnya paku-paku dan dikubur hidup-hidup. Hal tersebut terkonfirmasi saat pihak keluarga menyaksikan penggalian jasad beliau beserta 17 santrinya yang telah dieksekusi dari ancol yang dipindahkan ke Sukamanah ternyata jasad beliau dan 17 santrinya masih utuh. 

Jasad KH. Zainal Musthafa masih utuh lengkap dengan sorban warna kuning emas, tasbih, dan jubahnya serta kepala beliau tidak putus meskipun kurang lebih 29 tahun sudah dikubur. Sorban warna kuning emas, dan 2 pedang bambu masih tersimpan di Museum Mandala Wangsit Siliwangi Bandung.

Ketiga belas, dengan ditemukannya jasad beliau setelah 29 tahun tidak diketahui keberadaanya, asbab penelusuran seorang santri beliau Kolonel Syarip Hidayat, akhirnya jasad beliau beserta 17 santrinya dipindahkan ke komplek taman makam Pahlawan Sukamanah. Perlu ada narasi yang diluruskan selama ini, bahwa kejadian saat itu bukan pemindahan kerangka jenazah, tetapi pemindahan jenazah Asy Syahid KH. Zainal Musthafa, karena jasad beliau memang masih utuh.

Keempat belas, pesantren Sukamanah merupakan satu-satunya  pesantren di Indonesia yang memiliki taman makam Pahlawan. Oleh karena ini, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Jawa Barat pada umumnya, dan Tasikmalaya pada khususnya bahwa pendahulu mereka adalah para mujahidin yang ikhlas memperjuangkan agama dan bangsanya. Dengan demikian, seharusnya masyarakat Tasikmalaya dan Jawa Barat malu jika saat ini ada yang menjadi penjilat kekuasaan atau menjadi penghianat bangsa bersekongkol dengan para penjajah secara pendahulu mereka adalah para pejuang yang rela mati demi melawan penjajahan.

Kelima belas, jika zaman penjajajah kafir Belanda yang menendang bola salju untuk lahirnya perlawanan nasional adalah dalam perang Jawa (1825-1830) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dengan menewaskan 15000 serdadu Belanda dan mengeruk kekayaan Belanda hingga 20 juta golden. 

Maka, saat zaman penjajahan kafir Jepang dapat dinyatakan perjuangan KH. Zainal Musthafalah layaknya yang menendang bola salju perlawanan nasional itu, karena pasca perlawanan tersebut akhirnya timbul beberapa perlawanan di berbagai daerah salah satunya di Indramayu.

Keenam belas, sebelum terjadinya peperangan hari Jum'at, 25 Februari 1944, ba'da shalat Jum'at 4 orang kenpeitei datang ke Sukamanah dan berteriak teriak padahal shalat Jum'at masih diselenggarakan. Setelah shalat Jum'at selesai, KH. Zainal Musthafa menemui mereka dan terjadi dialog, karena dialog buntu akhirnya seorang kenpetei Jepang menembakkan pelurunya ke kepala KH. Zainal Musthafa namun beliau tidak apa-apa dan beliau langsung berteriak mengucapkan suatu do'a "Hancur Siah Jepang" . 

Do'a ini menjadi hal menarik, karena do'a yang diucapkan oleh seorang ulama yang sedang dizalimi akhirnya diijabah oleh Allah Subhanahu Wa Ta'l. Pasca perlawanan Sukamanah, pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Jepang dihancurkan bom atom oleh sekutu di Hiroshima dan Nagasaki.

Ketujuh belas, perlawanan Sukamanah meskipun lingkupnya lokal, namun pengaruhnya hingga nasional bahkan Internasional. Bahkan perlawanan Sukamanah bisa dikatakan tidak hanya mengguncang Tokyo, tetapi juga mengguncang Jerman dan Amerika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun