Oleh : Tatang Hidayat (Presenter dalam The 4th Ulumuna Annual International Conference and 1st Indonesia -- USA Transnational Collaboration and Network Forum at Mataram NTB, Indonesia)
Sabtu (29/6/2019) fajar kala itu adzan bersahutan menggemparkan alam sunyi negeri 1000 masjid, pagi buta yang dingin itu saya bersegera menuju masjid raya yang kebetulan dekat dengan penginapan. Masjid Raya Mataram sangat luas, namun jama'ah shalat Shubuh saat itu tidak sampai satu shaf penuh.
Setelah shalat Shubuh diselenggarakan, beberapa jama'ah duduk membuat sebuah halqah, ternyata itu adalah ta'lim yang diselenggarakan jama'ah masjid, dibacakannya beberapa hadis baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam. Hingga menunggu waktu isyraq, saya ikut menyimak mendengarkan hadis-hadis Baginda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, setelah waktu isyraq tiba, saya melaksanakan shalat sunnah 2 raka'at kemudian baru keluar meninggalkan masjid.
Pagi itu adalah hari yang selama ini ditunggu-tunggu, konferensi internasional yang telah lama saya nantikan, forum dimana bisa belajar dan merasakan pengalaman yang mulia dan berharga satu forum dengan para peneliti dari Negara Amerika Serikat, Belanda, dan beberapa perwakilan peneliti dari kampus-kampus di Indonesia.
Nama lengkap forumnya The 4th Ulumuna Annual International Conference and 1st Indonesia -- USA Transnational Collaboration and Network Forum yang diselenggarakan 29 Juni 2019 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Adapun yang bertindak sebagai keynote speaker Prof. Nelly Van Dorn-Harder dari Wake Forest University. Konferensi pagi itu diresmikan oleh Rektor UIN Mataram Lombok. Setelah diresmikan baru para pembicara utama menyampaikan gagasannya terutama berkaitan dengan tasawuf.
Adapun dari sesi panel presentasi hasil riset, saya kebagian di ruangan satu yang bertindak sebagai panelisnya Prof. Akh. Muzakki, M. Ag., Grad. Dip. SEA. M. Phil, Ph. D. selaku Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya.
Siang itu hati saya kembali mengharu biru karena mendapatkan kesempatan yang mulia dan berharga menyampaikan hasil riset selama ini yang saya perjuangankan berkaitan dengan sosok yang saya cintai, kagumi dan diteladani selama ini, beliau adalah Asy Syahid KH. Zainal Musthafa, seorang ulama dan mujahid yang berasal dari Sukamanah Tasikmalaya.
Berat memang sebetulnya saat saya harus menyampaikan perjuangan Asy Syahid KH. Zainal Musthafa, karena terlalu mulia perjuangan beliau harus disampaikan oleh seseorang yang sebenarnya belum layak untuk menyampaikannya. Namun saya memberanikan diri menyampaikannya setelah mendapat do'a dan restu dari guru-guru saya, terutama ada Dr. KH. Aam Abdussalam, M. Pd. dari PP Sukahideng Tasikmalaya yang membimbing penulisan riset ini sebagai penulis kedua. Begitupun doa yang diberikan oleh Drs. KH. Anwar Nuryamin, Ust. Yusuf Hazim, Ust. Acep Wahid dari Pesantren Sukamanah Tasikmalaya. Seandainya tidak ada doa dan restu yang diberikan beliau-beliau, tentunya saya tidak berani untuk menyampaikannya.
Ada beberapa poin yang saya angkat dalam riset ini, di antaranya :
Pertama, motif dari perlawanan KH. Zainal Musthafa bukan hanya atas dasar melawan kezaliman penjajahan kafir Belanda dan kafir Jepang, tetapi hakikatnya dilandasi dengan nilai-nilai tauhid karena menolak kemusyrikan. Saat itu setiap pagi masyarakat Tasikmalaya diharuskan melakukan saikeirei, membungkuk setengah badan ketika matahari terbit ke arah Tokyo. Oleh karena itu, landasan perjuangan KH. Zainal Musthafa dilandasi dengan ketauhidan dan menginginkan Indonesia merdeka berdasarkan Islam.