"Memang saudara pengkhianat!" katanya lagi dan dia pun pergi sambil menghempaskan pintu.
Remuk rasanya hati ini. Mengertilah saya sejak itu mengapa segala barang tajam wajib dijauhkan dari tahanan yang sedang diperiksa.
Di saat seperti itu, setelah saya tinggal seorang diri, datanglah tamu yang tidak diundang, yang memang selalu datang kepada manusia di saat seperti demikian. Yang datang ini ialah Setan! Dia membisikkan ke dalam hati saya, supaya saya ingat bahwa di dalam saku saya masih ada pisau silet. Kalau pisau kecil itu dipotongkan saja kepada urat nadi, sebentar kita sudah mati. Biar orang tahu bahwa kita mati karena tidak tahan menderita.
Hampir satu jam lamanya terjadi perang hebat dalam batin saya, di antara perdayaan Iblis dengan Iman yang telah dipupuk berpuluh tahun ini. sampai-sampai saya telah membuat surat wasiat yang akan disampaikan kepada anak-anak di rumah.
Tetapi Alhamdulillah : Iman saya menang.
Saya berkata kepada diriku, "Kalau engkau mati membunuh diri karena tidak tahan dengan penderitaan batin ini, mereka yang menganiaya itu niscaya akan menyusun pula berita indah mengenai kematianmu. Engkau kedapatan membunuh diri dalam kamar oleh karena merasa malu setelah Polisi mengeluarkan beberapa bukti atas pengkhianatan. Maka hancurlah nama yang telah engkau modali dengan segala penderitaan, keringat, dan air mata sejak berpuluh tahun.
Dan ada orang yang berkata 'dengan bukunya "Tasawuf odern" dia menyeru orang agar sabar, tabah dan teguh hati bila menderita satu percobaan Tuhan. Orang yang membaca bukunya itu semuanya selamat karena nasihatnya, sedang dirinya sendiri memilih jalan yang sesat. Pembaca bukunya masuk surga karena bimbingannya, dan dia di akhir hayatnya memilih neraka.'
Jangankan orang lain, bahkan anak-anak kandungmu seniri akan menderita malu dan menyumpah kepada engkau."
Syukur Alhamdulillah, perdayaan setanitu kalah dan dia pun mundur. Saya menang !
Saya menang !
Klimaks itu telah terlepas.