Neoimperialisme adalah penjajahan model baru yang ditempuh oleh negara-negara kapitalis untuk tetap menguasai dan menghisap negara lain. Dalam penjajahan model lama dikenal semangat gold (kepentingan penguasaan sumberdaya ekonomi), glory (kepentingan kekuasaan politik) dan gospel (kepentingan misi Kristiani) sedangkan Neoliberalisme adalah paham yang menghendaki pengurangan peran negara di bidang ekonomi.
Dijelaskan oleh anggota MPR, Ahmad Basarah, di depan peserta Training of Trainers 4 Pilar di lingkungan TNI dan Polri di Bandung, mengatakan bahwa bangsa ini secara ekonomi sudah dijajah oleh kapitalisme global. ia mengatakan bahwa tak hanya dalam soal kepemimpinan yang sudah terkontaminasi unsur kapitalisme namun saat ini juga ada sekitar 173 undang-undang yang berpihak pada asing dan tak sesuai dengan Pancasila (reportaseindonesia.com, 29/8/2015).
Sementara itu kekayaan alam negeri ini banyak dikuasai pihak asing. dibidang minyak dan gas (migas), misalnya, ada 60 kontraktor asing. mereka telah menguasai hampir 90% migas. Semua itu terjadi lantaran kebijakan liberalisasi di sektor tambang dan migas oleh pemerintah (inilahREVIEW, 05/II/10/2012).
Bahkan saat ini Indonesia sudah dikurung oleh 13 pangkalan militer Amerika Serikat, Indonesia sama juga “sudah terkurung” seperti Irak, oleh pangkalan-pangkalan AS yang berada di Christmas Island, Cocos Island, Darwin, Guam, Philippina, Malaysia, Singapore,Vietnam hingga kepulauan Andaman dan Nicobar beserta sejumlah tempat lainnya.” Connie Rahakundini Bakrie, pengamat Pertahanan dan Militer dari Universitas Indonesia. Jakarta (Garuda Militer 14/12/2012).
Berdasarkan problematikan yang ada, negeri ini harus segera di selamatkan dan ini tanggung jawab kita, apalagi kalangan pesantren. Maka dari itu, saat ini kalangan ulama dan santri sangat dinantikan kembali peranan nyai untuk menjadi garda terdepan dalam menyelamatkan negeri ini dari segala bentuk penjajahan.
Jauh sebelum merdeka, kaum muslim khususnya kalangan pesantren tak pernah berhenti mengobarkan perang jihad melawan penjajah. Pangeran Dipenogoro, Imam Bonjol, Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien dll adalah diantara para pahlawan Islam yang ber-jihad fi sabilillah melawan kafir penjajah.
Setelah merdekapun, alumnus pesantren menjadi garda terdepan dalam berjihad, KH. Hasyim Asy’ari dalam resolusi jihad-nya (22 Oktober 1945) menyatakan bahwa membela Indonesia sebagai negeri muslim dari kaum penjajah adalah kewajiban syar’i.
Bahkan Bung Tomo ikut menggelorakan semangat jihad itu, dengan cara meneriakkan 'Allahu Akbar' dalam membuka dan menutup pidatonya. Resolusi ini lahir ketika Rais Akbar NU, Hasyim Asyari memanggil konsul NU se-Jawa dan Madura untuk rapat besar gedung itu pada 21 dan 22 Oktober 1945.
Berdasarkan sejarah Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang dijadikan sebagai Hari Santri Nasional. Maka Hari Santri Nasional yang rutin dirayakan setiap tahunnya mesti dijadikan momentum penghayatan terhadap Ruhul Jihad kalangan ulama dan santri dahulu yang telah berjuang mengusir penjajah dan membebaskan negeri ini dari penjajahan.
Oleh karena itu, Hari Santri Nasional mesti dijadikan momentum dalam membangkitkan Ruhul Jihad kaum santri. Bukan malah sebaliknya, Hari Santri Nasional jangan sampai hanya menjadi rutinitas seremonial bahkan cenderung dimanfaatkan oleh oknum para politisi untuk melakukan pencitraan dan popularitas.
*) Wakil Rois Pondok Pesantren Mahasiswa Miftahul Khoir Bandung Periode 2014 - 2015