Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan dari Thailand, Ukhuwah Islamiyyah Melintasi Batas Negara

27 April 2018   20:01 Diperbarui: 27 April 2018   20:23 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: sentosawisata.com

Tidak lama setelah kami sudah berada di shaf untuk shalat, dan tidak ada yang ditunggu lagi, akhirnya shalat jenazah didirikan. Setiap kali takbir dikumandangkan dan membaca beberapa do'a dalam shalat, nampak dalam hati ini ada suasana haru yang tak tertahankan, ada suasana kepuasan batin bisa ikut menyalatkan jenazah untuk saudara seiman, yang tentunya ini karena dasar Ukhuwah Islamiyyah yang tidak memandang batas negara.

Setelah selesai, imam-pun memimpin do'a supaya jenazah diberikan ampunan, saat kami berdo'a terdengar suara klakson bis dibunyikan, nampak rombongan akan segera berangkat sedangkan kami masih berdo'a. dari sana saya tidak berfikir apa-apa lagi, biarkan mau dicaci dimaki, karena yang kami lakukan bukan suatu kesia-siaan.

Setelah selesai akhirnya kami pergi dan meninggalkan sebuah jejak yang tidak akan terlupakan, sebuah harapan untuk kebebasan minoritas muslim di Thailand dari kedzaliman dan penindasan. Sebuah harapan muslim Thailand untuk hidup dengan layak dan menjadikan negeri Thailand menjadi negeri yang diberkahi oleh Allah SWT.

Dari sana kami berkunjung ke beberapa tempat perbelanjaan yang menjual berbagai macam makanan, pakaian dan cinderamata. Dari tiga tempat yang saya datangi, saya hanya turun dan melihat setiap barang yang di jual.

Jujur saja, dari tiga tempat tersebut tidak ada barang yang membuat hati ini ingin memilikinya, bagaimana tidak, jika boleh berpendapat dari segi kualitas baju ternyata lebih bagus baju karya anak Bandung, begitupun dari segi makanan  jika dibandingkan dengan yang ada di bumi pertiwi tentunya masih banyak yang lebih enak, begitupun dengan cinderamata berbentuk kerajinan, ternyata dari segi kualitas lebih bagus kerajinan karya masyarakat Rajapolah dan harganya tentu lebih murah.

Dari sana saya berfikir, ternyata anak-anak bangsa memiliki potensi yang besar jika diarahkan kepada jalurnya, bagaimana tidak, semuanya ada di bumi pertiwi, sebuah negeri zamrud khatulistiwa yang apapun ada di dalamnya. 

Namun pertanyaannya, mengapa bumi pertiwi masih seperti ini ? Bahkan ada yang bilang bahwa SDM yang ada di negeri bumi pertiwi belum siap bersaing, sehingga dijadikan dalih untuk memudahkan tenaga kerja asing masuk ibu pertiwi.

Setelah seharian berkeliling di beberapa tempat, akhirnya kami bisa istirahat di salah satu hotel, dari sana kami mendirikan shalat dzuhur jama' takhir dan shalat asar berjama'ah.  

Saat sore hari, saya dengan beberapa kawan berkeliling di Kota Hatyai salah sat u kota yang ada di Thailand Selatan. Melihat aktivitas masyarakat Thailand saat di sore hari, dari segi kondisi kota ternyata tidak jauh berbeda dengan kota-kota kecil yang ada di Indonesia.

Dari sana saya berkeliling dan berniat untukmencari masjid, namun ternyata lokasinya cukup jauh dan bisa ditempuh menggunakan tuk-tuk sebutan kendaraan umum yang ada di Thailand. 

Di tengah perjalanan tanpa diduga kami sedikit kebingungan mencari jalan pulang, dikarenakan beberapa tulisan yang ada di sudut kota tersebut menggunakan tulisan Thailand. Setelah berusaha mencari, akhirnya kami bisa sampai kembali di hotel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun