Pertama menginjakkan kaki di masjid tersebut saya segera mengambil air wudhu untuk menyempatkan shalat sunnah, selesainya sebagaimana biasa saya berdo'a semoga Allah SWT melahirkan para pemuda Islam dari masjid ini (Thailand Selatan) yang akan berjuang dan bergerak dengan penuh kesadaran untuk menghidupkan kembali peradaban Islam.Â
Setelah itu, saya berkeliling di masjid tersebut, namun ada seorang orang tua yang mengumumkan sesuatu lewat pengeras suara di masjid itu, namun sayangnya saya belum memahami apa yang ia sampaikan karena menggunakan bahasa Thailand. Setelah saya keluar, ada juga beberapa kawan lain untuk menyempatkan shalat sunnah di masjid tersebut.
Selanjutnya kami sarapan bersama beberapa kawan di salah satu  ruangan yang ada di samping masjid tersebut untuk menikmati makanan khas dari negeri gajah putih, yang tentunya makanan tersebut halal, terlihat ada sedikit perbedaan rasa dari makanan yang ada di bumi pertiwi. Setelah semua makanan selesai disantap, tidak lama kami harus segera berangkat lagi ke tempat tujuan.Â
Namun sebelum keberangkatan, ada seorang kawan yang bilang kepada saya, katanya di masjid tersebut akan didirikan shalat jenazah, dikarenakan ada seorang muslim yang wafat.
Dari sana saya mulai melihat lagi ke masjid dan ternyata benar sudah banyak beberapa muslim lainnya yang berdatangan, saat melihat peristiwa tersebut mulailah hati ini terpanggil untuk ikut serta menyalatkan jenazah saudara sendiri yang wafat.Â
Namun keberangkatan sudah waktunya, dari sana saya sedikit kecewa dan akhirnya mulai masuk ke dalam bis. Saat saya sudah berada di dalam masjid, Nampak hati ini bergejolak seolah ada pertempuran batin yang ada dalam diri ini.
Namun, saat berada di dalam bis ternyata ada beberapa kawan lain yang sedang membeli minuman khas Thailand, dari sana seolah memberikan kesempatankepada saya untuk turun lagi sekedar ikut menyalatkan.Â
Akhirnya saya memutuskan untuk turun lagi dari bis, dari sana saya sudah tidak memikirkan lagi jika ada orang yang menganggap apapun. Saat berada di bawah ternyata ada kawan saya yang belum naik ke dalam bis, kemudian saya ajak juga dia ikut menyalatkan jenazah, dan akhirnya ia mau.
Tanpa disangka, saat saya turun dan kembali lagi ke dalam masjid ternyata ada beberapa kawan lagi dari 2 bis yang berbeda ikut turun juga kembali ke masjid. Ternyata ada juga beberapa kawan lain yang merasakan perasaan yang sama dengan saya, namun perlu menunggu momentum orang pertama untuk berani turun lagi.
Saat kami berlari menuju tempat wudhu, nampak shalat jenazah akan segera didirkan, tanpa diduga ternyata mereka melihat kepada kami dan akhirnya menunda shalat tersebut sekedar menunggu kami yang sedang berwudhu.Â
Nampak senyum dari wajah mereka seolah merasakan bahagia kami ikut menyalatkan jenzah, meskipun sayang kami harus terkendala bahasa untuk berdiskusi dengan mereka.