Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengukir Sebuah Mimpi dari Negeri Jiran

23 April 2018   22:26 Diperbarui: 24 April 2018   02:14 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak lama berada disana, kami pun menuju ke sebuah tempat yang menjual berbagai macam cinderamata lagi, namun saya cukup turun saja sekedar melihat segala jenis produk yang dijajakan, namun bukan untuk membeli tetapi sebagai bahan komparasi dengan produk-produk yang ada di bumi pertiwi. Di tempat tersebut saya bisa berkenalan dengan beberapa kawan lagi yang berada di bis yang lainnya, dari sana saya berdiskusi terkait beberapa hal yang terjadi di kampus masing-masing. Tidak terasa saking asyiknya diskusi, waktu memisahkan kami dan harus segera pergi lagi menuju negara selanjutnya. Oleh karena itu, kami tidak boleh berlama-lama di salah satu tempat.

Di tengah perjalanan, akhirnya kami bisa singgah di salah satu tempat untuk melaksanakan shalat maghrib dan Isya jama' takdim secara berjama'ah. Nampak begitu banyaknya jama'ah yang melaksanakan shalat di tempat tersebut, terlihat banyak juga beberapa orang yang memakai pakaian gamis, imamah, sarung, peci sebagaimana saya lihat di bandara. Kayaknya mereka adalah jama'ah dakwah yang singgah di tempat tersebut, terlihat dari wajah mereka merupakan wajah yang penuh dengan persaudaraan, terlihat kami-pun saling senyum antara satu dan yang lainnya, menandakan bahwa ukhuwah Islamiyyah ini melintasi batas-batas negara.

Setelah selesai shalat, kami ada kesempatan untuk makan malam bersama, waktu tersebut saya isi dengan berdiskusi dengan beberapa kawan terkait berbagai permasalahan yang ada di negeri ini. Saya berkenalan dengan kawan baru lagi yang berasal dari Sulawesi, beliau seorang mahasiswa yang sedang belajar di Jakarta. 

Dari obrolan tersebut saya berbagi cerita dengan aktivitas dan pergerakan politik mahasiswa yang ada di Bandung, ternyata ada hal yang menarik yang kami bicarakan. Di tengah-tengah diskusi, ternyata beliau mengakui bahwa Bandung ini adalah kotanya pergerakan, melihat dari sejarahnya bahwa dari Bandung ini banyak terlahir para tokoh pergerakan yang mewarnai bangsa ini.

Saking asyiknya kami diskusi, tidak terasa waktu keberangkatan ke negara selanjutnya tiba, kami harus segera bergegas menuju bis, karena perjalanan yang akan kami tempuh malam ini cukup jauh, yakni ke negera yang terkenal dengan sebutan negeri gajah putih yakni Thailand. Ditengah perjalanan saya berpikir untuk mengukir sebuah mimpi dari negeri Jiran, sebuah visi yang sedang dibangun dari bumi pertiwi, yakni bagaimana caranya suatu saat nanti saya bisa belajar di negeri ini, belajar untuk membangun kapabilitas diri dalam bidang pendidikan Islam, salah satunya ingin rasanya saya belajar di International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) Universitas Islam International Malaysia.

Namun mimpi yang saya ukir di negeri Jiran tersebut hanyalah sebuah harapan yang pelaksanaannya tentunya diserahkan kepada Sang Pencipta, saya hanya mampu berikhtiar dan menerima yang terbaik. Apalagi sampai saat ini untuk belajar dalam waktu lama dan meninggalkan bumi pertiwi belum ada izin dan restu dari orang yang saya cintai, yakni ibunda yang selama ini selalu setia mendo'akan dan mendukung segala perjuangan yang saya lakukan. Namun semua itu bukan menjadi hambatan bagi saya, bahkan menjadi suatu motivasi bahwa apapun keputusan yang ibunda berikan pasti yang terbaik untuk diri ini.

Biarlah ukiran mimpi tersebut menjadi sebuah jejak yang tidak akan terlupakan yang ada di Negeri Jiran, sebuah jejak yang akan mengantarkan saya kembali ke negeri Jiran dengan suasana yang berbeda. 

Perjalanan  jauh ini akan menjadi saksi di masa depan, bahwa suatu saat nanti saya akan kembali untuk menyempurnakan ukiran tersebut menjadi sebuah bangunan yang kokoh dan utuh. Sebuah bangunan yang akan disempurnakan apakah oleh saya ataupun oleh kawan-kawan saya, semoga saja ukiran tersebut akan selalu ada hingga waktunya nanti akan disempurnakan secara bersama-sama.

Saat perjalanan saya habiskan waktu untuk istirahat, namun tidak terasa mata ini akhirnya terbuka juga, tidak terasa akhirnya kami berhenti di sebuah masjid yang ada di perbatasan Malaysia dan Thailand. Bagaimana catatan perjalanan ini selanjutnya ? Nantikan catatan dalam  Membangun Ukhuwah Islamiyyah Dari Negeri Gajah Putih. Sebuah negeri yang penuh dengan cerita, salah satunya cerita akan perjuangan sebuah komunitas muslim yang ada di bagian Thailand Selatan, yang tentunya penuh dengan air mata dan harapan.  

*) Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun