Mohon tunggu...
Tatang  Hidayat
Tatang Hidayat Mohon Tunggu... Dosen - Pegiat Student Rihlah Indonesia

Tatang Hidayat, bergiat di Student Rihlah Indonesia. Ia mulai menulis sejak SD, ketika masa SMK ia diamanahi menjadi pimpinan redaksi buletin yang ada di sekolahnya. Sejak masuk kuliah, ia mulai serius mendalami dunia tulis menulis. Beberapa tulisannya di muat diberbagai jurnal terakreditasi dan terindeks internasional, buku, media cetak maupun online. Ia telah menerbitkan buku solo, buku antologi dan bertindak sebagai editor buku dan Handling Editor Islamic Research: The International Journal of Islamic Civilization Studies. Selain menulis, ia aktif melakukan jelajah heritage ke daerah-daerah di Indonesia, saat ini ia telah mengunjungi sekurang-kurangnya 120 kab/kota di Indonesia. Di sisi lain, ia pun telah melakukan jelajah heritage ke Singapura, Malaysia dan Thailand. Penulis bisa di hubungi melalui E-mail tatangmushabhidayat31@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sebuah Jejak Terukir di Bumi Singapura

20 April 2018   20:18 Diperbarui: 20 April 2018   21:29 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Terlihat sepanjang jalan begitu bersih bahkan tidak ada sampah, begitupun tata letak kotanya sangat indah, tidak ada pedagang kaki lima di sepanjang jalan sebagaimana yang sering saya temui di bumi pertiwi. Ketika menikmati sepanjang jalan di Singapura, tidak terasa tibalah kami di Merlion Park sebuah tempat wisata yang diarea tersebut ada Patung Merlion, sebuah patung icon negara Singapura yang dikelilingi oleh danau yang sangat indah dan dihiasi dengan bangunan pencakar langit disekelilingnya.

Saat berada di Merlion Park, saya menelusuri setiap sudut yang ada di tempat itu, bagaimana tata letak dan menata keindahan dari tempat yang biasa menjadi luar biasa. Setelahnya, kami-pun menuju Universal Studios, sebuah tempat wisata yang terkenal di Singapura, dan di bawahnya ada sebuah tempat perjudian yang sangat terkenal, yakni Casino. Saat berada di tempat tersebut, saya pun berkeliling menelusuri setiap sudut yang ada di tempat tersebut, ternyata ada danau juga yang dilengkapi dengan bangunan yang sangat indah.

Tidak sampai di situ, perjalanan kami pun dilanjut ke salah satu tempat penjual coklat, saat berada di tempat itu, saya dengan beberapa kawan mencuri waktu untuk berkunjung ke salah satu sekolah yang bernama Alsagoff Arab School, yang letaknya berdekatan dengan tempat perbelanjaan. Terlihat beberapa siswi yang sudah pulang dari sekolahnya, kerudungnya lebar, wajahnya ceria dan menandakan orang yang berilmu. Sesekali ingin ku bertanya dan diskusi dengan mereka, namun apa daya, dengan pakaian yang mereka kenakan seolah mengulurkan niat saya untuk bisa diskusi dengan mereka.

Tidak berapa lama, kami pun lanjut ke pasar bugis, salah satu pasar yang menjual berbagai macam makanan, barang dan beberapa cinderamata Singapura, saya berkeliling di pasar tersebut, melihat setiap barang yang dijajakan, namun hasilnya tetap belum ada yang mengikat hati ini untuk membelinya. Jika boleh jujur, sebenarnya secara kualitas saya yakin masih bagus kualitas karya anak bangsa, bagaimana tidak, ternyata kebanyakan barang yang dijual adalah produk impor, dan asumsi saya kayaknya ada produk karya anak bangsa yang dijual di pasar tersebut.

Seharusnya kita bangga dengan produk-produk karya anak bangsa, bukan malah sebaliknya kita merasa silau karena melihat merk produk luar negeri, padahal bisa jadi itu produk di buat di dalam negeri. Setelah dari pasar bugis, kami pun segera menuju Garden by The Bay untuk melaksanakan market research, namun sebelum melaksanakan market research, saat tiba di Garden by The Bay saya kembali dipertontonkan dengan pemandangan yang sangat indah.

Bagaimana tidak, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 lebih, sedangkan saat itu kami belum melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar, maka ketika sampai di Garden by The Bay, beberapa peserta mulai turun, namun tetap ada keresahan dalam hati saya, kemudian saya pun ikut turun dan bertanya kepada kapten Romi. "Maaf kapten, kalau waktu ashar pukul berapa ya ?" Sebenarnya itu adalah bahasa politis supaya tidak menyinggung kapten, karena saya yakin, kapten adalah seorang muslim yang ta'at beribadah juga.

Tanpa disangka, setelah saya bertanya kepadanya, kapten berbisik kepada kang Syarif dan menyatakan ketidaksetujuannya untuk melaksanakan market research sedangkan shalat belum didirikan. Akhirnya beliau berteriak memanggil lagi rombongan kami yang sudah turun untuk mendirikan shalat, karena baginya shalat adalah yang utama, dan rombongan yang beliau bawa adalah tanggung jawabnya. Sungguh saya sangat respect atas sikap kapten Romi, sepadat aktivitas apapun jangan pernah tinggalkan shalat, karena shalat adalah kewajiban.

Akhirnya kami kembali naik bis dan berangkat menuju masjid untuk   mendirikan shalat jama' takhir Dzuhur dan shalat Ashar berjam'ah di masjid tertua yang ada di Singapura, yakni masjid al-Abrar. Bangunan masjidnya sederhana dan berada di samping jalan yang ramai, tetapi suasananya yang menjadi menjadi sakral, karena kami bisa bertemu dengan saudara muslim kami, kami pun bisa kesempatan membawa beberapa buku keislaman yang disimpan di depan masjid yang disediakan khusus untuk para wisatawan.

Namun sebelum pulang, di depan masjid ada seorang ibu yang duduk layaknya seorang pengemis, namun ada yang menggelitik dalam pikiranku, masa di negara Singapura ada pengemis, mungkin saja asumsiku salah. Akhirnya kami-pun harus segera berangkat lagi menuju Garden by The Bay. Di tengah perjalanan menuju bis, saya tidak sengaja bisa berkenalan dengan seorang siswi yang datang jauh-jauh dari Surabaya untuk mengikuti agenda study comparative. Sungguh luar biasa keberaniannya, masih kecil sudah bisa keliling beberapa negara.

Saat diskusi dengan beliau di perjalanan, saya sampaikan kepadanya untuk terus menggapai cita-cita  setinggi mungkin, bila perlu lanjutkan sekolah sampai S3, karena saya menganggap beliau merupakan salah satu aset umat yang akan mengisi peradaban Islam di masa depan. Tanpa terasa akhirnya kami-pun sampai lagi di Garden by The Bay, tibanya di sana akhirnya saya berkeliling dengan seorang kawan untuk menelusuri setiap sudut Garden by The Bay, ternyata memang pemerintah Singapura itu bisa membuat tempat sederhana menjadi luar biasa.

Selesai dari sana, akhirnya kami berangkat ke Masjid Sultan, salah satu masjid terbesar di Singapura, bangunannya begitu indah dan bersih, seolah menandakan sikap muslim harus begitu, menonjolkan keindahan dan kebersihan, karena keindahan dan kebersihan salah satu aktualisasi dari ajaran Islam. Di masjid Sultan akhirnya kami bisa mendirikan shalat Maghrib secara berjama'ah. masya Allah bacaan imam-nya sangat fasih dan indah, terdengar dari bacaan yang dilantunkannya menggunakan  riwayat lain, bukan riwayat Hafsh sebagaimana kebanyakan imam di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun