Apa yang ada dipikiranmu ketika mendengar nama Singapura ? Apakah kamu akan langsung teringat dengan patung Merlion ? Katanya ada yang bilang jika kamu belum berfoto dengan latar belakang patung Merlion artinya kamu belum ke Singapura. Atau kamu akan teringat dengan Garden By the Bay sebuah taman raksasa seluas 100 hektar  yang berada di belakang Marina Bay Sands ? Jika bukan juga,  bagaimana dengan Universal Studios yang terletak di sebuah pulau tempat wisata dengan tema film Hollywood ?
Apapun yang kamu bayangkan dengan negara supor power Asia ini, ternyata dibalik semua keindahan itu, untuk menginjakkan kaki di negara tersebut memerlukan perjuangan yang tidak mudah. Bagaimana tidak, perjuangan ini harus di awali dari Kuala Lumpur, namun saat berada di bandara negeri Jiran tersebut, ternyata masih ada sesuatu yang mengganjal dalam hati ini, yakni teringat dalam pikiran saya akan suatu pemandangan yang luar biasa yang dipertontonkan dari mulai bandara Soekarno Hatta hingga Bandara Kuala Lumpur. Apakah gerangan pemandangan tersebut ?
Pemandangan tersebut merupakan bentuk sebuah kecintaan dari seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka adalah sekelompok dari jama'ah dakwah yang akan melakuka rihlah ke negeri jauh, terlihat dari wajah mereka merupakan wajah yang jauh dari perasaan malu karena aktivitas yang mereka lakukan.
Pakaian yang mereka gunakan jauh dari kemewahan, pakaian sederhana dengan gamis kebanggaan, beberapa ada yang memakai ikat kepala dari sorban atau biasa disebut imamah bagi sebagian orang yang menyebutnya, tidak lupa ada juga yang membawa siwak di tangan mereka sebagai alat untuk membersihkan gigi dan mulut mereka.
Mereka tinggalkan anak dan isteri yang ada di negerinya, mereka korbankan waktu keceriaan bersama keluarga karena untuk menjalankan sebuah tugas meneruskan kerjanya para nabi. Terkadang tidak sering mereka harus menerima cacian, makian, hinaan, fitnah karena aktivitas yang mereka lakukan, namun cacian, makian, hinaan, fitnah tersebut mungkin sudah menjadi kebanggaan bagi mereka, dan hinaan tersebut mereka balas dengan senyuman. Masya Allah sungguh pemandangan ini menyejukkan mata dan hati, yang biasanya di bandara selalu dipertontonkan pemandangan akan kemewahan dunia, setidaknya dengan kehadiran mereka sedikit mengingatkan akan kehidupan akhirat.
Tibalah di Kuala Lumpur, jama'ah seperti mereka ternyata ada juga, ternyata rihlah mereka dalam melakukan dakwah ini sangat luar biasa, meskipun mereka harus berkorban waktu, tenaga, harta dan keluarga. Apalah jika dibandingkan dengan diriku, yang hanya terdiam ketika melihat saudara sendiri tidak menjalankan perintah-Nya, ataupun tidak sedikitpun merasa risau ketika ada saudara sendiri yang melanggar larangan-Nya. Sungguh dari wajah-wajah mereka terpencar sebuah harapan supaya kenikmatan beriman dan berislam ini bisa tersebar ke seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini.
Saat tiba di bandara Kuala Lumpur, saya langsung memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, seolah tidak percaya akan semua ini. Dari sana saya langsung menuju ke Johor, sebuah daerah yang ada di negeri jiran. Di tengah perjalanan saya berkenalan dengan seorang pemandu wisata dari Malaysia, orangnya ramah dan ceria sebut saja Kang Syarif. Di sisi lain, saya pun bisa berkenalan dengan sopir bis, sebut saja Kapten Romi. Dari penjelasan pemandu dari Malaysia, saya mulai tahu akan sejarah berdirinya negara Malaysia yang pernah dijajah juga. Â
Sesampainya di Johor pada malam hari, kami langsung melaksanakan shalat jama' takhir Maghrib dan shalat Isya, kemudian lanjut istirahat di sebuah kamar dengan dua orang teman saya, tak disangka yang bersama saya adalah seorang dosen dari Universitas Muhammadiyah Solo sebut saja namanya Madya dan yang satunya lagi merupakan Duta Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta sebut saja namanya Syahdan.
Tidak terasa adzan shubuh-pun mulai berkumandang, dari sana kami mulai melaksanakan shalat shubuh berjama'ah, pertanyaannya siapakah yang akan menjadi imam ? Saya mempersilahkan dosen tersebut untuk jadi iman, namun dengan ketawaduannya, dosen tersebut mempersilahkan saya untuk menjadi imam, padahal saya sudah berasumsi bahwa dosen tersebut tidak qunut karena dari Muhammadiyah, sedangkan saya karena pengikut Madzhab Syafi'i rahimahullah tentunya melaksanakan qunut. Ternyata tidak disangka saat saya membaca do'a qunut, ternyata dosen tersebut mengikuti dan mengaminkan qunut yang saya bacakan. Â
Setelah melaksanakan sarapan, saya silaturahim dan diskusi dengan kapten Romi dan kang Syarif, banyak yang kami obrolkan berkaitan dengan negeri mereka, namun tidak terasa waktu pun terasa singkat sehingga kami harus segera menuju Singapura untuk melaksanakan market research. Sebelum menuju negara tersebut, ada kartu putih yang harus di isi sebagai bagian syarat untuk memasuki negera Singapura. Setelah itu, kira-kira 3 jam perjalanan dari Johor, akhirnya pada siang hari kami pun sampai di Singapura.
Saat tiba di imigrasi, ternyata untuk memasuki negara tersebut tidak mudah, kami hampir menghabiskan waktu 2 jam di imigrasi, karena ada beberapa pengecekan ketat yang harus dilalui. Setelah selesai barulah kami masuk ke negara tersebut, nampak saat mulai memasuki negara tersebut ada sedikit perbedaan dari negara sebelumnya.