Mohon tunggu...
HIDAYAT SYAH AL HAKIM
HIDAYAT SYAH AL HAKIM Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis dan Youtuber

Menjadikan Lebih Baik di Masa yang Akan Datang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pentingnya Pengembangan Wisata Religi di Tanah Gayo

29 Mei 2024   22:13 Diperbarui: 30 Mei 2024   00:14 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa-desa di Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, memang memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata religi. Dengan latar belakang budaya dan sejarah yang kaya, serta keindahan alam yang memukau, daerah ini menawarkan pengalaman yang unik bagi para wisatawan yang mencari kedamaian spiritual dan keaslian budaya lokal. 

Misalnya, Desa Agusen, yang terletak di kaki Taman Nasional Gunung Leuser, menawarkan kombinasi antara keindahan alam dan kesempatan untuk mempelajari dan mengalami praktik keagamaan setempat. Upaya pemerintah setempat dalam pemberdayaan masyarakat berbasis desa wisata telah menunjukkan hasil yang positif, dengan meningkatnya perekonomian masyarakat desa melalui pengembangan wisata religi.

Selain itu, keberadaan objek wisata alam seperti Bukit Cinta Blangkejeren dan sungai Kala Pinang, yang menawarkan pemandangan yang Instagrammable dan kuliner khas Gayo Lues, semakin menambah daya tarik Blangkejeren sebagai destinasi wisata. 

Dusun Kedah, sebagai gerbang menuju Taman Nasional Gunung Leuser, juga menawarkan keindahan flora yang layak dijadikan spot foto, menarik minat wisatawan asing dan domestik untuk mengunjungi dan menikmati keunikan desa ini.

Pengembangan desa wisata berbasis keagamaan di Blangkejeren tidak hanya berpotensi meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga memperkaya pengalaman wisata dengan menawarkan perspektif baru tentang kehidupan spiritual dan budaya di Indonesia. 

Dengan pendekatan yang tepat, Blangkejeren dapat menjadi contoh sukses dari sinergi antara pelestarian budaya, pengembangan ekonomi, dan pariwisata berkelanjutan. Ini adalah kesempatan bagi Blangkejeren untuk tidak hanya mempromosikan keindahan alamnya, tetapi juga nilai-nilai spiritual dan budaya yang mendalam yang dimiliki oleh masyarakat salah satunya wisata religi.

Wisata religi kampung mengacu pada perjalanan yang dilakukan ke tempat-tempat bersejarah atau suci yang memiliki signifikansi agama dalam suatu komunitas atau desa. 

Di Indonesia, wisata religi seringkali berkaitan dengan ziarah ke situs-situs yang dianggap sakral oleh berbagai agama, termasuk Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha. 

Wisata religi tidak hanya terbatas pada aspek ibadah, tetapi juga mencakup aspek edukasi dan sosial, di mana pengunjung dapat memperdalam pemahaman mereka tentang agama dan tradisi yang dianut oleh komunitas tersebut. 

Selain itu, wisata religi juga memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mencari ketenangan batin dan refleksi diri melalui interaksi dengan tempat dan komunitas yang dikunjungi. Dengan demikian, wisata religi kampung menawarkan pengalaman yang unik dan beragam, mencerminkan kekayaan spiritual dan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah.

Masjid Asal Penampaan di Gayo Lues merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang mengesankan, menandai kehadiran dan perkembangan Islam di wilayah tersebut. Dibangun pada tahun 1412 Masehi atau 815 Hijriah, masjid ini berdiri pada masa jayanya Kerajaan Pasai, yang telah berdiri sejak tahun 1282 Masehi. Kehadiran masjid ini menunjukkan hubungan erat antara peradaban Islam di Pasai dengan pembangunan Masjid Asal di Blangkejeren. 

Kerajaan Aceh Darussalam, yang menyatukan lima kerajaan di Aceh, termasuk Kerajaan Pasai, menegaskan pentingnya masjid ini dalam sejarah Aceh. Masjid Asal Penampaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat setempat. 

Struktur bangunannya yang unik, dengan dinding tanah bercampur sekam dan atap ijuk, serta kayu-kayu besar yang mendukung konstruksinya, mencerminkan arsitektur tradisional yang beradaptasi dengan lingkungan setempat. 

Masjid ini masih digunakan untuk shalat Jumat dan Tarawih selama bulan Ramadhan, serta sebagai tempat shalat sunah dan melepaskan nazar, menunjukkan bahwa meskipun berusia ratusan tahun, Masjid Asal Penampaan tetap relevan dan berfungsi penuh dalam kehidupan masyarakat Gayo Lues.

Masjid ini menampilkan gaya arsitektur tradisional yang unik dengan dinding yang terbuat dari campuran tanah dan sekam, serta atap yang dihiasi daun nipah, mencerminkan kedamaian dan keanggunan. 

Struktur bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan komunal, menjadi saksi bisu perjalanan Islam di wilayah Gayo Lues. 

Keunikan masjid ini terletak pada penggunaan bahan-bahan alami dan teknik konstruksi tradisional. Dinding-dindingnya yang tebal memberikan isolasi alami terhadap panas dan dingin, sementara atap nipahnya tidak hanya menambah keindahan estetika tetapi juga menawarkan perlindungan dari cuaca tropis. 

Tiang-tiang kayu yang digunakan untuk menopang struktur utama menunjukkan keahlian dalam pengerjaan kayu dan keberlanjutan, karena kayu merupakan bahan yang dapat diperbaharui dan memiliki umur panjang jika dirawat dengan baik. Masjid ini juga mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Islam di Aceh, khususnya di Gayo Lues, yang dikenal dengan julukan "Negeri Seribu Bukit". 

Arsitektur masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol identitas komunitas, kebanggaan sejarah, dan warisan budaya yang harus dilestarikan. Masjid Asal Penampaan adalah contoh nyata dari bagaimana arsitektur dapat menyatu dengan lingkungan sekitarnya, menghormati tradisi dan sejarah, sekaligus memenuhi kebutuhan fungsional komunitas.

Penggunaan bahan-bahan lokal dan teknik konstruksi tradisional dalam pembangunan Masjid Asal Penampaan menunjukkan kearifan lokal dan adaptasi terhadap lingkungan. Ini adalah prinsip yang masih relevan dan dapat diaplikasikan dalam arsitektur kontemporer, terutama dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Masjid ini tidak hanya merupakan tempat ibadah yang sakral, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran dan pelestarian nilai-nilai budaya dan tradisi.

Dengan demikian, Masjid Asal Penampaan bukan hanya sebuah bangunan, tetapi juga simbol dari kekuatan iman, keindahan tradisi, dan kearifan dalam beradaptasi dengan alam. Keberadaannya yang kokoh hingga saat ini menunjukkan pentingnya melestarikan warisan budaya dan nilai-nilai keagamaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Kita harus berbangga kepada masyarakat Gayo Lues yang telah berkomitmen menjaga warisan sejarah Islam di wilayah mereka, yang merupakan bagian integral dari Aceh, sehingga generasi mendatang masih dapat melihat secara langsung bukti bahwa Aceh telah menjadi wilayah dengan peradaban Islam yang kaya sejak masa lalu. 

Ini menunjukkan pentingnya pelestarian budaya dan sejarah dalam mempertahankan identitas dan warisan sebuah daerah bagi masa depannya. Keberhasilan Gayo Lues dalam melestarikan sejarah ini tidak hanya memperkaya Aceh tetapi juga menjadi contoh bagi komunitas lain dalam menjaga warisan budaya mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun