Kerajaan Aceh Darussalam, yang menyatukan lima kerajaan di Aceh, termasuk Kerajaan Pasai, menegaskan pentingnya masjid ini dalam sejarah Aceh. Masjid Asal Penampaan tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat setempat.Â
Struktur bangunannya yang unik, dengan dinding tanah bercampur sekam dan atap ijuk, serta kayu-kayu besar yang mendukung konstruksinya, mencerminkan arsitektur tradisional yang beradaptasi dengan lingkungan setempat.Â
Masjid ini masih digunakan untuk shalat Jumat dan Tarawih selama bulan Ramadhan, serta sebagai tempat shalat sunah dan melepaskan nazar, menunjukkan bahwa meskipun berusia ratusan tahun, Masjid Asal Penampaan tetap relevan dan berfungsi penuh dalam kehidupan masyarakat Gayo Lues.
Masjid ini menampilkan gaya arsitektur tradisional yang unik dengan dinding yang terbuat dari campuran tanah dan sekam, serta atap yang dihiasi daun nipah, mencerminkan kedamaian dan keanggunan.Â
Struktur bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial dan komunal, menjadi saksi bisu perjalanan Islam di wilayah Gayo Lues.Â
Keunikan masjid ini terletak pada penggunaan bahan-bahan alami dan teknik konstruksi tradisional. Dinding-dindingnya yang tebal memberikan isolasi alami terhadap panas dan dingin, sementara atap nipahnya tidak hanya menambah keindahan estetika tetapi juga menawarkan perlindungan dari cuaca tropis.Â
Tiang-tiang kayu yang digunakan untuk menopang struktur utama menunjukkan keahlian dalam pengerjaan kayu dan keberlanjutan, karena kayu merupakan bahan yang dapat diperbaharui dan memiliki umur panjang jika dirawat dengan baik. Masjid ini juga mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah Islam di Aceh, khususnya di Gayo Lues, yang dikenal dengan julukan "Negeri Seribu Bukit".Â
Arsitektur masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol identitas komunitas, kebanggaan sejarah, dan warisan budaya yang harus dilestarikan. Masjid Asal Penampaan adalah contoh nyata dari bagaimana arsitektur dapat menyatu dengan lingkungan sekitarnya, menghormati tradisi dan sejarah, sekaligus memenuhi kebutuhan fungsional komunitas.
Penggunaan bahan-bahan lokal dan teknik konstruksi tradisional dalam pembangunan Masjid Asal Penampaan menunjukkan kearifan lokal dan adaptasi terhadap lingkungan. Ini adalah prinsip yang masih relevan dan dapat diaplikasikan dalam arsitektur kontemporer, terutama dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Masjid ini tidak hanya merupakan tempat ibadah yang sakral, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran dan pelestarian nilai-nilai budaya dan tradisi.
Dengan demikian, Masjid Asal Penampaan bukan hanya sebuah bangunan, tetapi juga simbol dari kekuatan iman, keindahan tradisi, dan kearifan dalam beradaptasi dengan alam. Keberadaannya yang kokoh hingga saat ini menunjukkan pentingnya melestarikan warisan budaya dan nilai-nilai keagamaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Kita harus berbangga kepada masyarakat Gayo Lues yang telah berkomitmen menjaga warisan sejarah Islam di wilayah mereka, yang merupakan bagian integral dari Aceh, sehingga generasi mendatang masih dapat melihat secara langsung bukti bahwa Aceh telah menjadi wilayah dengan peradaban Islam yang kaya sejak masa lalu.Â