Fadli Zon mengatakan bahwa dalam beberapa indikator kesejahteraan kita mengalami penurunan. Ekonomi turun, demokrasi turun, hukum tidak tegak dan kebahagiaan, kebebasan dan kedamaian terusik, perlahan Indonesia menuju negara police state.
"Baik secara ekonomi dan demokrasi ranking kita menurun di dunia. Kita banyak pembangunan di Indonesia daripada membangun Indonesia. Indonesia dari hari ke hari semakin besar gapnya. Hukum diperlakukan sesuai selera, ini fenomena yang saat ini terjadi. Jangan sampai ada pemimpin negeri ini yang merasa negeri ini milik bapaknya, milik kakeknya.
Fadli Zon melihat Elit terlihat gagap selama masa pandemi COVID19 berlangsung, sehingga terjadi banyak salahnya daripada beresnya dalam menangani pandemi COVID19.
Poin ketiga catatan saya adalahÂ
Seputar memaknai kemerdekaan Tahun 2021 bahwa Pendidikan dan Core Intelligence Bangsa Indonesia Sedang Menurun
Abdul Malik, Pakar Pendidikan Tinggi Narasi Insitute mengatakan Indonesia memerlukan politik pendidikan dan strategi kebudayaan yang jelas. Saat ini diakui rendahnya capaian pendidikan bangsa disebabkan perjalanan sektor pendidikan tidak memiliki panduan dan arah besar.
"Harus diakui, selama 76 tahun Indonesia merdeka pendidikan lebih baik dibandingkan era kolonialisme, namun bila dibandingkan dengan turki yang PDB tidak jauh dengan Indonesia, pendidikan turki jauh lebih berkembang dibandingkan Indonesia" Ujar Abdul Malik.
Abdul Malik memandang pendidikan kita memiliki persoalan laten dimana disparitas akses pendidikan antara 5% kelas miskin terbawa dan 5% kelas kaya teratas terjadi ketimpangan yang sangat besar.
"Potensi disparitas akses pendidikan kita antara kelas miskin dan kaya juga sangat terjadi gapnya. PR pendidikan kita semakin banyak sejak terjadi pandemi. Kita tidak ada politik pendidikan yang jelas, kita tidak punya tujuan kebudayaan yang jelas. Kita mengalami middle income trap yang cukup lama selama 15 tahun. Reformasi yang kita bayar mahal hasilnya hanya seperti ini (sangat rendah) terutama dalam bidang pendidikan" Ujar Abdul Malik
Abdul Malik merasa revolusi sosial mungkin terjadi bila ketimpangan tidak diatasi secara serius.
"Saya dari dulu tidak percaya di Indonesia akan terjadi revolusi sosial, tapi sekarang saya melihat potensi itu ada, potensi disparitas itu mesti dijembatani baik secara ekonomi, sumber daya manusia harus secara serius difikirkan. Para elite politik yang jumlahnya tidak lebih dari 10 harus duduk bersama untuk menyelamatkan Bangsa Indonesia bila mau hindari revolusi sosial." Ujar Abdul Malik.