Mohon tunggu...
Achmad Nur Hidayat
Achmad Nur Hidayat Mohon Tunggu... Konsultan - Pakar Kebijakan Publik

Achmad Nur Hidayat (Born in Jakarta) previously earned Master Public Policy on Economic Policies from Lee Kuan Yew School of Public Policy National University of Singapore (NUS) and from Tsinghua University, Beijing China in 2009. He had an executive education from Harvard Kennedy School of Government, Boston-USA in 2012. He is currently assisting and providing recommendation for both the Supervisory Board of Central Bank of Indonesia and Government of Indonesia in the effort to increase sustainable economic growth, maintain the financial system stability and reinvent human resources capacities in line with technological disruption. He was Chairman of Student Boards (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) University of Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Postur RAPBN 2022 Perlu Penyempurnaan

21 Agustus 2021   11:35 Diperbarui: 21 Agustus 2021   11:41 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zoominari Kebijakan Publik Narasi Insitute

The Fed Berencana Akan Tapering Off, Ekonomi RI pasti akan terdampak

Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad, meminta pemerintah Indonesia sudah menyiapkan antisipasi kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) mengurangi stimulus atau tapering off. Hal tersebut disampaikan dalam Zoominari Kebijakan Publik

Tauhid menilai kebijakan moneter Amerika Serikat tersebut memang harus dilakukan, karena kalau tidak akan berdampak ke internal. Ia merasa pengaruh tapering off AS akan berdampak besar ke Indonesia.

"Ini kan soal momentum kapan, tentu saja ini pengaruhnya ke kita ke suku bunga, inflasi, pengangguran, dan lain-lain saya kira cukup besar," kata Tauhid saat webinar yang digelar Narasi Institute, Jumat (20/8).

Tauhid mengungkapkan risiko secara langsung dari adanya tapering off adalah nilai tukar rupiah ke dolar AS yang cenderung melemah. Selain itu, arus modal asing juga bakal terdampak.

"Pergerakan arus modal asing keluar masuk itu sulit terkontrol. Saya kira memang risiko ini sudah di depan mata, nyata," ujar Tauhid. Tauhid merasa peran Bank Indonesia (BI) dalam mengatasi kondisi tersebut sangat penting. Menurutnya, BI tidak bergantung dengan menaikkan suku bunga tetapi harus ada intervensi lainnya karena berkaitan dengan inflasi juga.

"Kekhawatiran kita nanti akhirnya pemerintah akan kesulitan karena dukungan BI melemah karena situasi ini otomatis dukungan ke APBN juga menjadi kurang. Situasi terburuk pasti akan terjadi efisiensi dan sebagainya," tutur Tauhid.

Tauhid Ahmad juga menyampaikan bahwa vaksinasi akan menentukan pertumbuhan ekonomi.

"Vaksinasi akan sangat menentukan pertumbuhan ekonomi. vaksin pertama lebih lambat dibanding vaksin yang kedua. Soal pandemi pandemi menjadi endemi menjadikan ketidakpastian di banyak sektor seperti pariwisata, hotel, restoran. Sebelum covid belum pernah terjadi ketidakpastian anggaran sampai 2025. Pada dasarnya pemerintah sangat tidak yakin dengan perumusan anggaran. Ketika penerimaan pajak tinggi, ekonomi pun bergerak dengan baik sehingga angka angka yang ada saat ini tidak kredibel. Implikasi dari struktur yang fleksibel. Kemampuan pemerintah saat ini menciptakan pendapatan negara  sangat diragukan ditengah kondisi pandemi dan resesi ini. Ditambah Reformasi perpajakan masih belum maksimal. Penerimaan Migas juga trendnya justru menurun. TKDD terhadap pusat trendnya pun menurun sehingga akan mengakibatkan dapat ditarik ke pusat lagi. Pembayaran Bunga hutang kita pun semakin tinggi pada RAPBN 2022. Ada peningkatan anggaran di pertahanan dan Polri mengalami peningkatan alokasi anggaran. Yang di khawatirkan jika dana perbankan yang mestinya kredit untuk masyarakat kemudian ditarik menutup defisit tersebut." Papar Tauhid

Tauhid Ahmad ingatkan bahwa Pengetatan kebijakan moneter di US akan berdampak juga ke kita ke suku bunga, inflasi, pengangguran. Resiko langsung ke nilai tukar rupiah akan melemah, arus masuk modal asing akan sulit dikontrol, BI mesti melakukan intervensi, kekhawatiran terbesar pembelian SBN di pasar sekunder menjadi problem. Situasi terburuk akan terjadi inefisiensi.

Perlunya Test PCR Gratis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun