PM Rafik Al Hariri dibunuh 15 tahun yang lalu dengan sebuah bom truk yang membentuk kawah mirip dengan kawah Bom Bali 1. Kematian Rafik memicu pergolakan regional yang akhirnya mengakhiri kehadiran militer Suria selama 29 tahun di Lebanon setelah penyelidik PBB menemukan ada kaitannya dengan pemboman tersebut.
Pembunuhan tersebut juga memicu ketegangan politik dan sektarian di seluruh timur tengah terutama saat penyelidik PBB mulai mengkaitkan adanya hubungan Hezbullah dengan beberapa kematian lain seorang politisi yang dekat dengan sekutu dan negara Arab Suni yang menentang Teheran Iran.
Hezbullah adalah partai politik dalam pemerintahan Lebanon dan kelompok yang memiliki gerilyawan bersenjata melawan Israel di perbatasan Golan. Hezbullah telah membantah peran apa pun dalam pembunuhan Hariri dan menolak pengadilan yang berbasis di Belanda itu sebagai politisasi.
Hezbullah telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Inggris, Argentina dan Honduras serta Dewan Kerjasama Teluk Muslim Sunni (GCC), yang meliputi Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Kuwait. Uni Eropa mengklasifikasikan sayap militer Hizbullah sebagai kelompok teroris, tetapi bukan sayap politiknya.
Para pendukung Hariri, termasuk putranya Saad yang kemudian juga menjabat sebagai perdana menteri, mengatakan mereka tidak mencari balas dendam atau konfrontasi, tetapi putusan pengadilan harus dihormati.
Pendukung Hariri berharap para terdakwa akan diserahkan jika terbukti bersalah, tetapi putusan bersalah dapat menimbulkan masalah bagi pemerintah Lebanon dan dapat memperdalam keretakan yang tidak terselesaikan sejak perang saudara 1975-1990. Negara ini sudah terdampak dari krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade dan kini wabah COVID-19 yang semakin menekan ekonomi negara tersebut.
Kejadian ledakan akan menambah berat ekonomi Lebanon disamping ancaman perang saudara akan terjadi lagi bila pihak keamanan lebanon bertindak gegabah dengan menyudutkan Hezbullah tanpa bukti. Semoga hal-hal buruk dari peristiwa ledakan tersebut dan pandemi Covid 19 tidak  menambah beban kemanusiaan lebih banyak lagi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H