Mohon tunggu...
Hidayat Harsudi
Hidayat Harsudi Mohon Tunggu... Akuntan - The Accountant

Tinggal di Kota Makassar - Auditor, Pemain Musik, dan Penikmat Film

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penasehat Akademik di Mata Mahasiswa

31 Januari 2017   22:49 Diperbarui: 1 Februari 2017   11:23 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: squarespace.com

Setiap makhluk pasti melakukan kesalahan. Kura-kura kadang khilaf dengan kemampuan berlarinya hingga menantang kancil, kancil yang sombong menganggap dirinya paling jago lari meremehkan kura-kura sampai ketiduran di bawah pohon. Tom yang tidak pernah belajar dari kesalahannya hingga jatah susunya selalu diminum jerry dan jerry yang selalu menjahili Tom padahal mereka bisa berteman dan saling berbagi makanan. 

Manusia adalah salah satu makhluk yang sering melakukan kesalahan dibanding makhluk lain. Populasi yang terbilang cukup banyak dibanding makhluk yang lain membuat kesalahan jika dikumulatifkan paling tinggi diantara spesies. Kura-kura mungkin saja takkan menantang kancil lagi, Tom dan Jerry bisa saja berteman, akan tetapi manusia tetap saja melakukan kesalahan yang hampir sama. tetap merokok padahal sudah batuk-batuk, tetap judi padahal selalu kalah, dan selalu mengharap nilai baik padahal selalu bolos. 

Ketika duduk di bangku SMP, salah satu guru saya pernah berkata "Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain". Laki-laki butuh perempuan untuk memberikannya keturunan, siswa butuh guru untuk mengajar, dan mahasiswa membutuhkan penasehat akademik untuk membantunya mengurusi urusan akademiknya. Sebagai sebuah jabatan yang sangat mulia disetarakan dengan ustad yang selalu memberi petuah-petuah, Penasehat akademik memiliki peranan yang sangat penting dalam perjalanan hidup mahasiswa selama di kampus. Tinggi rendahnya sebuah IPK tidak terlepas dari dosen yang diberi tugas tambahan ini.

Dalam kehidupan kampus, biasanya penasehat akademik kerap menjadi pusat perhatian. mahalnya sebuah tanda tangan serta waktu berjumpa yang sangat singkat  membuat mahasiswa diuji kesabarannya. 

Beda mahasiswa beda pula pandangannya terhadap penasehat akademik. Mahasiswa baru yang baru seumuran jagung di kampus akan beda dengan mahasiswa abadi yang sejak zaman batu sudah menjejaki kampus. Mahasiswa yang memiliki prestasi yang membanggakan akan berbeda cara memandangnya dengan mahasiswa yang fakir prestasi.

Mahasiswa baru

Biasanya mahasiswa baru mengenal penasehat akademiknya saat menjelang akhir semester pertama. Beberapa hari sebelum final, pengumuman tentang nama PA masing-masing mahasiswa akan terpampang di ruang prodi. Tangis dan gembira mewarnai hari pengumuman PA ini. Mahasiswa baru yang kebetulan mendapatkan PA dosen killer akan sedih dan mempertanyakan nasibnya. sementara mahasiswa baru yang sangat beruntung mendapat PA yang baik hati akan berteriak kegirangan sambil melompat-lompat. Bagi mereka yang mahasiswa baru, seorang PA hanya dibutuhkan saat akan mengisi Kartu Rencana Studi selebihnya diabaikan. PA hanya sebatas tanda tangan dan aprove mata kuliah saja

Mahasiswa semester 3-6

Mahasiswa yang biasanya tengah sibuk berorganisasi di HMJ ataupun UKM mengalami peningkatan kebutuhan akan PA. Tak hanya membutuhkan tanda tangan dan approve mata kuliah saja, mereka membutuhkan seorang PA yang bisa mendengar keluh kesahnya, curhatannya, dan memberinya saran. Disinilah awal mula eksistensi PA naik,dicari, ditelpon, diajakak ketemu lebih sering dari biasanya. Karena awalnya penasehat akademik ini hanya diabaikan maka disinilah tahap para PA ini balas dendam. PA akan sulit ditemui, ditelpon tidak diangkat, ditunggu di kampus tidak ketemu-ketemu, didatangi rumahnya disuruh ketemu di kampus. 

Akhirnya mahasiswa yang telah mengabaikan PA nya menyesal. Penyesalan telah mengabaikan penasehatnya selalu menghantuinya di malam hari hingga harus terlambat masuk jam pertama keesokan harinya. Organisasi yang terterlalu menuntut waktu mereka sehingga harus mengambil sebagian waktu belajarnya tak mampu dicurhatkan kepada PA lantas susah ditemui. Akhirnya IPK yang cukup tinggi di semester awal mengalami penurunan di semester ini. 

Mahasiswa semester akhir

Mahasiswa yang kerap dihantui akan masa depan setelah lulus ini juga mendapatkan dampak dari mengabaikan PA dari saat masih mahasiswa baru. Judul skripsi yang tidak ketemu-ketemu, keliling perpustakaan cari inspirasi judul, dan harga skripsi yang semahal cabe di pasar menambah beban dari calon sarjana ini. Penasehat akademik tetap sulit ditemui. Waktu pertemuan dengan PA akan terasa sangat singkat. belum lagi judul yang ditolak, proposal yang dicoret-coret membuat mereka tambah frustasi. 

Tanpa semangat api didalam hati serta kesabaran selevel sahabat rasul bisa saja membuat mahasiswa ini terkatung-katung tidak jelas. Skripsi tak kelar-kelar, teman-teman seangkatan pada wisuda duluan, undangan pernikahan dari teman SMA menambah penderitaan mereka. Akhirnya penyesalan tetap datang belakangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun