Mohon tunggu...
Muhammad Hidayat Dwi Oktara
Muhammad Hidayat Dwi Oktara Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku menulis bukan untuk menjadi terkenal. Aku hanya ikin dikenal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena September

3 September 2016   15:49 Diperbarui: 3 September 2016   16:01 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama berada di sekolah dasar, saya berhasil menjadi wakil sekolah untuk mengikuti berbagai lomba ketika musim kompetisi tiba. Beberapa gelar juara di ajang tertentu berhasil saya berikan ke sekolah. Itu artinya, saya mendapat uang hadiah dan beasiswa untuk menunjang kebutuhan sekolah saya. Puncaknya, saya menjadi juara kelas dan menjadi lulusan terbaik di sekolah saat itu.

Saya berhasil melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah pertama. Saya diterima di salah satu sekolah favorit yang letaknya cukup jauh dari tempat saya tinggal. Cobaan datang melanda ekonomi saya dan kakak yang saat itu diasuh oleh kakek dan nenek saya. Bersamaan dengan masuknya saya ke jenjang sekolah baru, kakak saat itu berhasil lulus dan masuk ke salah satu sekolah kejuruan swasta dengan biaya yang tidak sedikit. 

Selama berada di jenjang tersebut, saya berusaha agar memiliki prestasi yang bisa saya andalkan untuk meringankan biaya sekolah. Selama di sekolah menengah pertama, saya mendapat bantuan buku sekolah dari seorang guru yang berhati mulia. Bu Anis. Beliau adalah sosok pahlawan yang mengantarkan saya hingga berhasil lulus dengan tepat waktu.

 Beliau lah yang membantu mencukupi kebutuhan buku mata pelajaran dan uang saku saya. Selain itu, saya juga mencoba untuk menjadi penjual layang-layang dan mainan bekas yang pernah saya punya. Saya lakukan semuanya setelah pulang sekolah. Saya juga aktif membantu kakek membuat batu bata untuk mencukupi kebutuhan makan kami. Di usia tersebut, saya harus memutar otak untuk mengimbangi kegiatan belajar mengajar, OSIS, hingga kebutuhan mencukupi kebutuhan di luar sekolah.

Saya berhasil masuk ke salah satu sekolah menengah kejuruan favorit di kota tempat saya tinggal. Dengan berbagai pertimbangan dan nasehat yang saya peroleh dari kakak, akhirnya saya harus menanggalkan cita-cita saya sejak kecil untuk menjadi seorang dokter. Saya diterima di jurusan Akuntansi, sebuah jurusan yang tidak pernah saya tahu sebelumnya. Ketidakmampuan saya dalam segi ekonomi telah membuat kakak mengarahkan saya untuk mengambil jenjang kejuruan, dengan harapan setelah lulus saya bisa langsung bekerja.

Saya masih terus menjadi penjual layang-layang hingga berada di kelas sebelas. Saya mengikuti kegiatan OSIS seperti saat di jenjang menengah pertama. Harapan untuk menambah pengalaman berorganisasi selalu menjadi prioritas saya. Selain itu, konsumsi yang didapatkan setelah melaksanakan kegiatan juga menjadi alsan bagi saya.

Biaya sekolah yang semakin besar membuat saya harus berfikir lebih besar. Uang pensiun selalu kurang karena memang sebagai pencukup kebutuhan kami berempat. Tidak ada yang mengetahui status saya saat itu hingga memasuki tingkat terakhir. Di kelas dua belas, saya baru memperoleh bantuan dari sekolah selama 6 bulan terakhir. 

Saya juga menemukan sosok pahlawan dalam dunia pendidikan menengah saya. Bu Mimin. Beliaulah yang menanggung biaya sekolah saya saat berada di kelas 3. Beliau juga mencukupi kebutuhan sehari-hari saya. Beliau adalah orang yang pertama kali mengetahui status saya saat kami pergi ke Surabaya untuk mengikuti lomba karya SMK. Beliau menjadi sosok yang terus memberi semangat agar saya tidak pernah menyerah dalam menyelesaikan pendidikan saya. Saya menjadi kuat karena selain itu Bu Anis masih tetap memperhatikan kehidupan saya.

Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya. Saya berhasil lulus dengan baik dan diterima sebagai mahasiswa penerima beasiswa dikti di sebuah universitas ternama. Saya memperoleh kekuatan yang luar biasa setelah mengetahui bahwa nama saya berhasil lolos dalam seleksi penerimaan beasiswa bidik misi.

Selama menjadi mahasiswa, berbagai kegiatan telah saya ikuti. Selain aktif di jam kuliah, saya rajin mengikuti organisasi. Selain itu, saya kerap dipercaya untuk menjadi MC dengan honor yang dapat saya gunakan untuk mencukupi kebutuhan di kota tempat saya merantau. Merasakan menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah kebanggaann tersendiri, terutama bagi seorang yatim piatu yang tidak bermodal seperti saya. Biaya hidup dari pemerintah, uang pensiun, dan honor yang tidak tentu datangnya menjadi sumber pendapatan saya selama kuliah.

Kado terindah yang saya dapatkan adalah keberhasilan menyelesaikan program sarjana dalam waktu 3,5 tahun. Kakak dan suaminya menjadi saksi keberhasilan saya saat dikukuhkan sebagai seorang sarjana di acara wisuda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun