andaikan aku berada di zamanmu, aku tak sanggup untuk membayangkan berpisah denganmu.
aku tak rela untuk melepas tepi mataku dari melihatmu
aku tak sudi kehilangan semerbak wewangimu
Ketika kau bersabda, bahwa engkau lebih mencintai kami; pecinta yang tak ada sedikit kenangan tentangmu, korneaku turun hujan, membuat lintangan di hidungku meruap.
Bagaimana bisa, duhai sir-siran?
padahal engkau tak tahu berapa besar atau kecilkah rasaku?
kau tak pernah melihat apa kami rela berkorban untukmu?
sungguh aku malu pada air mataku
aku renjana, padamu yang tak pernah aku sua
Sesungguhnya, sajak ini tentang berpisah dengan sang cinta
bertemu saja tak pernah, tapi kenapa membayangkan untuk melepaskanmu aku tak kuasa?