Dalam menghadapi hoaks, tanggung jawab tidak hanya terletak pada individu atau platform media sosial, tetapi juga pada pemerintah. Kampanye edukasi yang bertujuan meningkatkan kesadaran tentang bahaya hoaks perlu digalakkan. Pemerintah dapat bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah untuk menciptakan program yang mengedukasi masyarakat tentang cara mengenali hoaks dan dampak buruknya.
Korespondensi yang baik juga harus didorong. Jurnalis dan penulis perlu diingatkan akan tanggung jawab mereka dalam menyampaikan informasi dengan akurat dan objektif. Media massa harus berkomitmen untuk menegakkan standar jurnalistik yang tinggi dan memberikan klarifikasi terhadap berita yang salah. Ini sangat penting untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap media.
Kesimpulan
Tidak ada yang menang dalam persaingan antara korespondensi dan hoaks. Tetapi dengan pendidikan yang tepat, literasi media yang lebih tinggi, dan pertanggungjawaban bersama oleh semua pihak, kita seharusnya dapat memperkuat kembali posisi korespondensi yang benar. Masyarakat yang lebih sadar akan bahaya hoaks dan terlatih untuk berpikir kritis akan menjadi pagar pertahanan terhadap kebohongan. Upaya bersama oleh pemerintah, media, dan diri sendiri harus dapat memastikan bahwa kebenaran tetaplah yang menang, meskipun semakin banyak informasi yang salah dan meragukan telah beredar. Jika kita semua melakukan bagian kita untuk mencari informasi sejati dan berbagi informasi tersebut, maka korespondensi mempunyai kesempatan untuk memenangkan pertarungan melawan hoaks. Seperti inilah kita bertiga membentuk masyarakat yang lebih cerdas dan lebih mampu menghadapi tantangan informasional dari era digital yang menakutkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H