Mohon tunggu...
Hiacinta Resivenda Putri Aruni
Hiacinta Resivenda Putri Aruni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Saya merupakan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Revolusi dalam Jurnalisme Multimedia: Pentingnya Peran Visual dalam Menceritakan Berita

4 Desember 2023   12:00 Diperbarui: 4 Desember 2023   12:02 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seni meliput, menulis, dan menyebarluaskan informasi sudah menjadi label bagi profesi jurnalistik. Dahsyatnya revolusi teknologi mempengaruhi langkah hidup jurnalisme sehingga terjadi beberapa perubahan. 

Pada awalnya bersifat konvensional, namun seiring berjalannya waktu jurnalisme bertransformasi ke arah yang lebih kompleks sehingga konten berita yang dihasilkan tak lagi hanya berupa tulisan, tetapi juga mengintegrasikan elemen teks, grafik, audio, video, bahkan animasi sekaligus dalam satu konten berita. Hal ini yang disebut sebagai jurnalisme multimedia. 

Jurnalisme multimedia muncul dari adanya tuntutan kita sebagai masyarakat modern karena jurnalisme ini menyediakan platform komunikasi yang lebih menarik, mengejutkan, dan dapat mempertahankan perhatian audiens atau pembacanya. Melihat hal tersebut, ternyata tak dapat dipungkiri pula bahwa munculnya jurnalisme multimedia mengubah cara atau pola konsumsi berita. 

Salah satunya audio dan visualisasi berita yang saat ini ternyata menjadi suatu elemen kunci agar penyajian dan penyampaian berita lebih kaya dan lebih menarik perhatian pembacanya. Lantas, seberapa besar peran audio dan visual dalam sebuah konten berita saat ini? Apakah Anda salah satu yang lebih menyukai berita dalam bentuk yang demikian? 

Peran Visual dalam Jurnalisme Multimedia

Apakah Anda merasakan hal yang berbeda ketika melihat berita hanya teks saja dibandingkan berita yang disajikan dalam bentuk visual yang lebih menonjol? Associated Press pun menunjukkan bahwa gambar mempunyai kemampuan untuk membangkitkan emosi dan merangkul pemirsa untuk masuk ke dalam cerita. 

Visual dalam konteks jurnalisme, baik itu berupa sebuah gambar/foto/animasi/video berguna sebagai komunikasi yang kuat untuk menggambarkan kronologi, situasi dan kondisi dari sebuah kejadian atau peristiwa sehingga audiens/pembaca yang melihatnya tertarik untuk memaknai informasi yang ada (Nelson, 2023). Selain itu, visual menjadi sebuah alat untuk menunjukkan bukti kuat bahwa suatu tragedi atau peristiwa terjadi memang benar adanya. Seperti apa kata iGeneration "No Pic = HOAX". Ternyata dalam berita visual juga membantu kita sebagai audiens untuk tidak terjebak pada pemberitaan yang palsu. 

Pada konteks jurnalisme, visual dapat berupa beberapa bentuk, diantaranya sebagai berikut (Nelson, 2023).

1. Gambar/foto

Pada sebuah artikel berita diperlukan gambar atau foto sebagai pemberi informasi tambahan. Foto menjadi salah satu fakta visual yang 'merekam' suatu peristiwa. Foto atau gambar jurnalistik harus dapat membawa audiens untuk melihat ke dalam latar peristiwa sehingga audiens merasa bahwa mereka sedang menyaksikan kejadian secara langsung.

2. Animasi

Konten jurnalistik dikenal dengan tampilannya yang monoton dan animasi menjadi salah satu bentuk yang dapat menghidupkan cerita dari sebuah berita. Gerakan menjadi salah satu cara untuk menarik perhatian yang lebih dari audiens dan membuat orang untuk tetap terlibat. Animasi biasanya digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep yang rumit atau peristiwa yang sulit diilustrasikan dalam format statis. Misalnya digunakan untuk melihat perubahan dalam trend data atau simulasi peristiwa tertentu. 

3. Storytelling

Storytelling mengintegrasikan elemen gerakan dan interaktivitas dalam menciptakan narasi yang bersifat sinematik. Visual ini akan terlihat lebih menawan dan dapat membuat penonton terus membaca, terlebih bagi audien/pembaca muda di Indonesia. Visualisasi yang satu ini melibatkan cuplikan teks dengan ilustrasi, tipografi, grafik, bahkan audio ada di dalamnya. Audiens juga dapat mengatur sendiri kecepatan aliran konten yang dibacanya. Contohnya seperti salah satu media luar yaitu Wall Street Journal dan VIK dari Kompas Indonesia.  

4.Infografis

Infografis atau biasa dikenal sebagai informasi bergambar menampilkan grafik yang berfokus pada penyajian data guna memperkuat informasi yang ada. Tujuannya adalah untuk menciptakan berita dengan informasi yang lebih jelas, ringkas, dan efektif. Tak hanya membaca teks, namun infografis ini disinyalir juga memudahkan pembaca untuk memahami kandungan informasi. 

5. Video

Tak jauh berbeda dengan foto, video berguna untuk memperkuat bukti dari peristiwa yang terjadi. Melalui video, kebenaran berita akan terlihat dengan lebih jelas. Bahkan audiens dapat turut merasakan suasana melalui video tersebut. 

Seiring pesatnya perkembangan teknologi, tidak menutup kemungkinan juga bahwa di masa depan nanti berita akan memiliki 'rumah-rumah' baru dalam penyajiannya. Salah satunya seperti teknologi immersive  yang mengintegrasikan realitas digital dengan dunia nyata (Wicaksono, 2022). Teknologi ini mengintegrasikan 3 teknologi canggih, seperti Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), Mixed Reality (MR). Kecanggihan dari teknologi immersive ini memungkinakan berita dapat disajikan dalam bentuk audio, visual, hingga model tiga dimensi (3D). Bahkan tingkat interaktivitasnya terbilang tinggi. Luar biasanya, teknologi ini memungkinkan jurnalis, audiens, dan narasumber di simulasikan seakan-akan berada dalam ruangan yang sama dan saling berinteraksi (Wicaksono, 2022). 

Jurnalisme Multimedia Membuat Kemampuan Profesi Jurnalistik Semakin Rumit?

Apakah tugas jurnalis hanya melaporkan dan menuliskan berita? Dua hal tersebut tentunya memang menjadi tugas utama seorang jurnalis. Namun, melihat perkembangan dunia jurnalis yang begitu pesat, ditambah lagi saat ini jurnalisme telah masuk pada era multimedia, tentu kemampuan profesi bagi seorang jurnalis turut mengalami transformasi. 

Dahulu, mungkin tugas dan kemampuan seorang jurnalis hanya untuk melaporkan (reporting) dan menulis berita (writing). Namun dikarenakan sajian berita yang tidak hanya berbentuk konvensional atau teks, tetapi sudah mengintegrasikannya dalam bentuk yang lebih interaktif seperti infografis, gambar/foto, animasi, video, dan lain sebagainya, maka jurnalis juga turut melakukan skill improvement. Lantas, apa saja yang menjadi tugas dari seorang jurnalis di era jurnalisme multimedia ini? 

Kemampuan jurnalis saat ini akan terlihat dan terdengar seperti sebuah bentuk 'eksploitasi'. Terdengar hiperbola, namun begitulah kenyataannya. Banyak sekali kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki dan dikerjakan hanya oleh seorang atau satu jurnalis saja. 

Munculnya tuntutan audiens modern yang lebih tertarik pada multimedia storytelling, format visual, dan menampilkan berita secara cepat, bahkan real time,  mengharuskan seorang jurnalis untuk memiliki kemampuan, diantaranya sebagai berikut:

  1. Memiliki keterampilan melakukan siaran langsung, termasuk pula wawancara langsung dan pelaporan secara real time. 

  2. Produksi video tentu telah menjadi bagian integral dari jurnalisme multimedia. Maka jurnalis saat ini perlu memahami teknik-teknik dalam memproduksi video dan kemampuan editing.

  3. Jurnalis saat ini juga tak luput dari pengeditan visual. Kemampuan editing visual, penggunaan perangkat lunak grafis, editing foto menjadi hal yang penting agar dapat meningkatkan kualitas visualisasi di dalam berita. 

  4. Kemampuan untuk menulis narasi yang adaptif. Artinya seorang jurnalis harus dapat menulis dalam berbagai format, baik itu berita cetak, berita online, long journalism, ataupun skrip video. Terlebih lagi dalam era digital, banyak produk jurnalisme disebarkan melalui berbagai platform. Maka format narasi ataupun juga bentuk sajiannya bisa saja berbeda sesuai dengan platform yang digunakan. 

Apabila kita cermati, kemampuan jurnalisme di atas terlihat tidak masuk akal. Bagaimana seorang jurnalisme dapat mencakup beban kerja yang begitu banyak? Hal ini menjadi sebuah tantangan yang tidak terelakan dari seorang jurnalis. Tak menutup kemungkinan pula bahwa ini dapat berpengaruh pada kualitas berita yang diberikan. Dengan beban kerja yang tinggi dan estimasi waktu berita harus disebarluaskan secara cepat, tentu ini mempersingkat waktu jurnalis untuk melakukan penyuntingan dan memverifikasi data secara mendalam. 

Sumber:

Nelson, S. (2023). Visual journalism. Vevdesign.com. Diakses dari https://www-vev-design.translate.goog/blog/visual-journalism/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc 

Wicaksosno, B. D. (2022). Teknologi immersive, masa depan dunia jurnalistik indonesia. IDN Times. Diakses dari https://www.idntimes.com/tech/trend/bayu/tekologi-immersive-dalam-masa-depan-ekosistem-jurnalistik-indonesia?page=all 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun