Sembari ngobrol saya dan teman saya langsung menyesap kopi yang disediakan. "ini enak pak! Tidak amis sama sekali", Kata salah seorang teman saya.
Melalui penjelasan Pak HO susu kambing yang diolah di Desa Gombengsari memiliki teknik pengolahan yang khusus agar susu yang dihasilkan tidak berbau amis seperti susu kambing pada umumnya. Integrasi antara perkebunan kopi dan peternakan kambing juga di optimalkan, kotoran kambing dimanfaatkan sebagai pupuk untuk penanaman pohon kopi.
Setelah kopi yang disuguhi tandas, pak HO membawa kami berjalan untuk melihat proses penyangraian. Proses penyangraian tidak menggunakan alat modern, cukup menggunakan kuali dan kayu bakar.
Setiap kuali mempunyai kapasitas seperempat kilogram biji kopi. "Sengaja kita tidak memakai alat roasting yang modern, ini saja sudah cukup, murah, tradisonal, lebih enak rasanya". Terang pak HO. "Inilah salah satu daya tarik wisatawan untuk datang kesini, melihat proses penyangraian kopi", Lanjutnya.
Salah seorang warga yang saya salami sempat berbisik "Ayo mas, menginap disini saja, minum kopi biar melek sampai pagi".
"Mungkin lain waktu, Pak!", Pungkas saya, sambil menuju ke parkiran.
Hari itu, rasanya menyenangkan sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H