Cara modern itu adalah para penjajah meletakkan pememimpin yang mereka kehendaki terhadap negara yang menjadi target mereka. Mereka meletakkan pemimpin boneka yang dapat mereka atur tanpa harus menduduki sebuah bangsa.
Iran merasakan bagaimana hidup terjajah dengan cara ini. Raja pengusa Iran saat itu tidak lebih boneka yang harus menuruti kehendak negara adi kuasa. Disaat dunia dikuasai dua kutub adi daya secara tidak langsung Iran harus menuruti dua kekuatan ini. Para raja diganti sesuka mereka. Ini dapat disaksikan bagaimana dinasti Qajar berganti dengan dinasti Pahlavi.
Penjajahan cara modern ini juga diterapkan diseluruh dunia bahkan untuk mendudukkan seorang pemimpin boneka pada suatu negeri harus terjadi tragedi yang memakan korban yang sangat banyak. Mungkin hal itu juga telah terjadi di Indonesia
Ketiga, cara post modern. Menurut Ayatullah Khamenei cara modern berhasil dilawan oleh rakyat suatu bangsa. Revolusi Iran adalah bukti perlawanan terhadap penjajahan tipe kedua. Para penjajah tidak lagi fokus dengan cara ini. Walaupun masih ada yang terjajah dengan cara kedua.
Cara ketiga ini dilakukan dengan mempengaruhi para pejabat-pejabat negara. Cara ini lebih halus dari pad acara kedua. Oleh sebab itu banyak bangsa yang tidak paham dengan cara ini.
Amerika memiliki anggaran yang dapat digunakan di negera-negara dunia lainnya secara legal. Anggaran inilah yang dapat digunakan untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan suatu negara. Mereka selalu mengupayakan bagaimana kebijakan suatu negara sesuai dengan yang mereka inginkan.
Dengan persaingan dan biaya politik yang sangat tinggi untuk berpartisipasi dalam negara demokrasi yang sekarang dianut hampir seluruh dunia maka hal ini sangat membuka kemungkinan untuk diterapkannya cara ketiga.
Oleh sebab itu setelah revolusi Iran yang dipimpin Imam Khomeini, Iran berupaya tidak masuk dalam penjajahan tipe ketiga. Iran berusaha menjaga kemerdekaannya dari upaya licik para penjajah. Dan setelah 40 tahun revolusi, Iran terus maju sesuai dengan apa yang mereka cita-citakan walaupun mendapatkan tekanan yang luar biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H