Mohon tunggu...
Hafiz Hasibuan
Hafiz Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat Islam

Tinggal di Iran sambil studi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kematian Imam Husain yang Dikenang Jutaan Manusia

8 Oktober 2020   06:36 Diperbarui: 8 Oktober 2020   06:47 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pejalan kaki antara Najaf Karbala by bornanews.ir

Kematian tidak berarti binasa. Kemenangan tidak membuat abadi selamanya. Begitulah sedikit ungkapan saya untuk menggambarkan kesyahidan imam Husain di Karbala pada tahun 61 Hijriah.

Hari ini, tepatnya tanggal 20 Safar tahun Hijriah dikenang sebagai arbain husaini (40 hari syahidnya imam Husain yang meninggal pada tanggal 10 Muharram di Karbala). Berbeda dengan hari asuro (10 Muharram) hari syahidnya, para peziarah yang terinspirasi dengan gaya hidup imam Husain pergi menziarahi makamnya di Karbala pada hari arbain.

Tahun lalu saya mendapat kesempatan bersama jutaan peziarah berjalan kaki dari kota Najaf hingga Karbala yang berjarak 80 km untuk menziarahi imam Husain. suasana seperti ini hanya dapat disaksikan menjelang hari arbain hingga puncaknya tepat pada tanggal 20 Safar.

Di atas saya telah mengatakan bahwa yang datang menziarahinya adalah mereka yang terinpirasi dengan gaya hidup imam Husain. karena berziarah bukan merupakan ritual khusus suatu agama atau kepercayaan. 

Tidak ada ritual khusus untuk menziarahi imam Husain. Misalnya umat Islam pergi haji ke Makkah pada bulan haji dengan syarat tertentu. Sehingga yang hadir di karbala saat arbain bisa dari semua kalangan umat Islam maupun agama lain dengan cara yang mereka suka.


Hanya saja kenapa harus arbain dan dengan berjalan kaki? jawabannya adalah karena mereka yang mencintai imam Husain berziarah kemakamnya pertama kali pada hari arbain dan dengan berjalan kaki sebagai penghormatan untuk imam Husain. Dan setelahnya siapapun yang telah mendapatkan inspirasi dan mencintai gaya hidup imam Husain menjadikan hari arbain sebagai hari ziarah kemakam beliau dengan berjalan kaki sebagai penghormatan.

Saya pribadi menyaksikan bahwa yang hadir di sana berasal dari berbagai negara. Itu bisa saya lihat dari bendera yang mereka bawa. Para peziarah tidak dilarang mengibarkan bendera dari negaranya. Begitu juga para peziarah yang berasal dari Indonesia. Mereka membawa bendera dari Indonesia sepenjang perjalanan mereka dari Najaf dan Karbala.


Saya sempat berkenalan dengan peziarah Indonesia. Salah satunya adalah Zuhairi Misrawi seorang cendekiawan Nahdatul Ulama (NU) Yang sempat menulis tentang Irak saat menuju Irak dalam pesawat Qatar Airwayas dengan judul "Demokrasi Kaum Milenial Irak" di kolom detik.com. Di dalam berita, saya juga pernah melihat bahwa para pendeta dari Kristen berziarah dan memberikan penghormatan pada hari arbain.

Pendeta yang berziarah kemakam imam Husain by Isna.ir
Pendeta yang berziarah kemakam imam Husain by Isna.ir

Suasana antara Kota Najaf dan Karbala

Suasana pejalan kaki antara Najaf Karbala by bornanews.ir
Suasana pejalan kaki antara Najaf Karbala by bornanews.ir

Para peziarah yang berasal dari Irak melakukan perjalanan langsung dari dari kota mereka masing-masing. Tetapi para peziarah yang datang dari luar negeri memulai perjalanan dari kota Najaf. Masyarakat kota Najaf telah menyambut kedangan para peziarah dengan cara menyiapkan penginapan dan makan gratis sejak 15 hari sebelum puncak arbain. Jadi sejak 15 hari sebelum puncak arbain para peziarah mendapatkan tempat dan makan gratis.

Para pelayan ziarah yang membagikan makanan secara gratis by Irna.ir
Para pelayan ziarah yang membagikan makanan secara gratis by Irna.ir

Di kota Najaf sendiri ada makam amirul mukminin Ali bin Abi Thalib. Beliau adalah imam pertama bagi orang Syiah dan khalifah keempat menurut kalangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Umat muslim yang Syiah maupun Ahlus Sunnah memanfaatkan kesempatan beberapa hari di Najaf untuk berziah kemakam Ali bin Abi Thalib.
Setelah beberapa hari berada di kota Najaf, para peziarah baru memulai perjalanannya ke kota Karbala. Karena jarak kota Najaf dan Karbala adalah 80 km, maka waktu yang ditempuh dua jam dengan mobil, harus memakan waktu 3 atau 4 hari dengan berjalan kaki.

Makam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib by hawzah.ir
Makam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib by hawzah.ir

Di Timur Tengah, antara satu kota dengan kota yang lain akan terpisah. Begitu juga dengan kota Najaf dan Karbala akan terpisah pada hari biasa. Anda akan melihat sepanjang jalan hanya terlihat padang pasir yang kosong. Tetapi pada hari-hari menjelang arbain sepanjang jalan antara Najaf dan Karbala yang panjangnya 80 km dipenuhi dengan tenda untuk menginap selama perjalanan. Para pemilik tenda berasal dari masing-masing kota di Irak, bahkan saya melihat tenda dari Indonesia dan beberapa negara lain seperi Iran, bahkan Malaysia dan Thailand. Saya dapat memahaminya dari bendera yang mereka pasang.

Pemilik tenda menyebut diri mereka sebagai khadim (pelayan) tersebut menyiapakan makanan dan minuman para peziarah secara cuma-cuma. Disini para peziarah bisa menikmati teh dan kopi Irak yang sangat kental. Semua itu dipersembahkan masyarakat Irak untuk jutaan peziarah yang lebih kurang selama 2 minggu.

Kondisi di Karbala

Setelah beberapa hari melakukan perjalanan kaki barulah tiba di kota Karbala. Para peziarah Irak biasanya langsung ziarah ke makam imam Husain dan kembali ke kota mereka masing-masing. Sedangkan para peziarah asing bermalam beberapa hari di Irak sambal ziarah ke makam imam Husain.

Peziarah asing yang paling banyak berasal dari Iran. Selain dekat dengan Irak, mayoritas rakyat Iran adalah pengikut Syiah yang meyakini imam Husain adalah imam ke-3 setelah amirul mukmini Ali bin Abi Thalib dan imam Hasan bin Ali. Keyakinan inilah yang mendasari mereka untuk hadir pada ziarah arbain.

Kondisi di Karbala seperti kondisi di Najaf. Masyarakat membuka pintu untuk ditempati para peziarah. Dan mereka juga menyiapkan makanan untuk peziarah.

Hanya saja pada tahun pandemi ini, Irak tidak mengizinkan orang asing masuk ke negaranya. Sehingga orang asing tidak dapat berpartisipasi dalam menziarahi imam Husain. Walaupun begitu jutaan pecinta imam Husain di Irak masih saja melakukan ziarah arbain.

Bagi para peziarah, perjalanan tersebut pasti sangat melelahkan, apa lagi jika mereka berasar dari negara yang jauh seperti Indonesia. Mereka pasti menghabiskan uang yang tidak sedikit. Begitu juga dengan khadim yang melayani para peziarah. Mereka telah menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Apa lagi peziarah yang hadir pada momen itu mencapai belasan juta orang yang semuanya dilayani secara gratis oleh para khadim.

Para peziarah dan khadim pasti menemukan sesuatu yang berbeda dalam hidup mereka. Jika tidak, maka tidak akan ada yang siap menampung jutaan peziarah dengan tempat dan makanan yang disiapkan dengan gratis. Begitu juga para peziarah yang khususnya berasal dari Irak sendiri dan negara yang dekat seperti Iran berulang setiap tahun. Tidak ada batas kuota untuk menziarahi imam Husain pada hari arbain.

Para tokoh telah menyatakan alasan mengapa menjadikan imam Husain inspirasi dalam hidup mereka. Saya tidak akan menyampaikan apa alasan mereka menziarahi imam Husain. Bagi saya imam Husain mengajari manusia untuk berani berkorban apaun juga, termasuk nyawa dan keluarga demi apa yang di yakini. Tetapi bukan keyakinan tanpa dasar. Karena pada zamannya, dia adalah salah satu dari tokoh terbesar selain Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Zubair.

Para tokoh-tokoh tersebut menyadari persoalan yang dialami imam Husain hanya saja semuanya menyerah dan menyarankan imam Husain untuk menyerah juga atau pergi ketempat yang jauh. Hanya saja imam Husain memilih jalannya.

Kesediaan mengorbankan diri demi keyakinan yang benar telah membedakan imam husain dan tokoh lainnya. sehingga menimbulkan kecintaan bagi siapa yang ingin memperjuangkan kebenaran yang di pahami, paling tidak ingin mencoba meresapi dan mempelajari keberanian untuk konsisten dan berkorban terhadap nilai yang diyakini.

Terbukti saat beliau sendiri dengan pilihannya kini mendapat dukungan dan sumber inspirasi dari jutaan peziarah yang setiap tahun memenuhi karbala pada hari-hari seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun