Di zaman Syeikh Mufid mayoritas ahli agama mempersoalkan posisi akal. Akan tetapi Syeikh Mufid memanfaatkan akal untuk dapat memahami hukum syar'i dari sumbernya. Persoalan akal juga membuat Syeikh Mufid mengkritik dan menjelaskan ulang buku gurunya yang hanya mengutip teks ayat dan riwayat. Buku itu berjudul Tashhih I'tiqadatil Imamiyah.
Terakhir saya akan mengutip pernyataan filosof William Chittik bahwa masyarakat Amerika tidak menerima filsafat selain filsafat barat dan modern, mereka tidak membaca dan paham selain Plato dan Aristoteles. Tetapi mahasiswanya adalah pencari ilmu. Masyarakat Amerika lelah dari dunia baru dan pemikiran matrealisme, mereka mencari sesuatu yang baru dan siap mendengarkan ide baru. Mereka tertarik dengan pembahasan sufistik, puisi-puisi dan filsafat Islam.
Permintaan Gus Dur tersebut, bagi saya bukan permintaan yang kecil, tetapi permintaan yang sangat besar. Jika konsep-konsep akal dan rasionalitas menjembatani persoalan materi dan agama maka cukup banyak persoalan akan terselesaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H