Ketika Gus Dur sebagai presiden Indonesia saat itu bertemu dengan pemimpin Revolusi Republik Islam Iran Ayatullah Khamenei meminta untuk menyebarkan pemikiran pemikir besar Iran seperti ayatullah Imam Khumaini, Syahid Muthahari, Mulla  Sadra, dan Syeikh Mufid ke tengah pemikiran dunia Islam dan bangsa-bangsa muslim.
Sebagai seorang WNI yang tinggal di Iran, saya merasa senang jika menemukan jejak tokoh besar negara saya di negara lain. Jejak pertemuan dua tokoh besar dunia tersebut saya temukan ketika berselancar di internet. Pertemuan itu tercatat dalam website resmi Ayatullah Khamenei pada tanggal 15 juni 2000.
Orang yang mengenal Gus Dur tidak akan bingung dengan permintaan Gus Dur. Contohnya adalah tulisan saya sebelumnya yang menulis bagaimana Gus Dur mengidolakan Ayatullah Imam Khumaini.
Ketika Gus Dur berharap pemikiran empat tokoh Iran yang namanya telah disebutkan di atas untuk disebar ke negara-negara muslim, pasti sebelumnya Gus Dur telah mengenal pemikiran mereka. Keempat tokoh tersebut juga telah tiada. Tapi menurut Gus Dur pemikiran mereka masih layak untuk di sebarkan. Gus Dur senang jika umat manusia, terkhusus umat Islam dapat saling berinteraksi menyampaikan pemikiran masing-masing sehingga tercipta watak kosmopolitanisme.
Jika saya ditanya kenapa Gus Dur ingin menyebarkan ide-ide mereka yang akidah, zaman dan tempatnya berbeda dengan masyarakat Islam kebanyakan. Maka saya akan menjawab bahwa pemikiran keempat tokoh tersebut memiliki persamaan tentang rasionalitas. Rasionalisme akan tetap ada pada manusia kapanpun dan dimanapun. Karena esensi manusia adalah rasionalitas itu sendiri. Mereka adalah agamawan tetapi pemikiran mereka tidak lepas dari akal dan filsafat.
Keempat tokoh di atas sangat terkenal di Iran. Saya akan mengulas sedikit tentang kehidupanmereka.
1. Ayatullah Imam Khumaini
iran, beliau juga seorang marja' sehingga sebagian kaum syiah mengikuti hasil ijtihadnya dalam persoalan Fiqih. Persoalan ini mungkin hanya terkhusus untuk Iran dan pengikut Islam syiah.
Ayatullah Imam khumaini yang wafat pada tahun 1989 adalah Pemimpin Revolusi Republik Islam Iran. Selain berstatus pemimpin revolusi diSebelum memimpin revolusi Imam Khumaini aktif menulis tentang Filsafat dan Sufistik. Buku Al-Hasyiatu Alal Asfar adalah buku yang menjelaskan tentang buku filsafat Mulla Sadra.
Begitu juga dengan persoalan Sufistik dimana beliau menulis Ta'liqatun Ala Syarhi Fushushul Hikam yang menjelaskan tentang Fushus Al-Hikam Ibnu Arabi.
Berdasarkan konsep filsafat dan sufistik yang beliau pahami, Ayatullah Imam Khumaini menulis buku tentang rahasia shalat Sirrush Shalah dan Adabush Shalah. Ada juga buku yang menjelaskan tentang Jiwa dalam buku Syarah Hadis Junude Aql Wa Jahl.
Begitu juga dengan persoalan teologi lainnya seperti persoalan Ketuhanan, kenabian hingga persoalan hari kiamat akan ditemukan dalam buku-buku Imam Khumaini dengan mengangkat konsep filsafat dan sufistik. Semua itu akan didapatkan dalam buku-buka Ayatullah Imam Khumaini. Saya tidak akan menuliskan semuanya dan silahkan meneliti lebih luas tentang pemikiran Ayatullah Imam Khumaini. Gus Dur menyebutkan dalam ensiklopedinya bahwa ada lebih 20 buku Ayatullah Imam Khumaini tentang teologi Islam
2. Syahid Muthahari
Syahid Muthahari terbunuh pada tahun 1979. Beliau adalah murid Ayatullah Imam Khumaini yang telah menulis puluhan karya tulis. Bahkan setahu saya ada banyak buku Muthahari yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Saya akan menulis buku Syahid Muthahari yang berkenaan dengan filsafat seperti Usul Falsafe Wa Rawesh Realism, Ensan Wa Sarnewisht, Takamul Ijtima'i Ensan, Harkat Wa Zaman, Falsfee Islami, dan Syarh Manzhume. Buku-buku diatas contoh beberapa buku beliau berkenaan dengan filsafat atau pembahasan teologis yang berasaskan teori filsafat.
3.Mulla Sadra
mulla sadra) meninggal tahun 1640 adalah seorang filsuf yang berhasil menggabungkan teori filsafat Ibnu Sina, Illuminasi Suhrawardi, sufistik Ibnu Arabi, dan konsep teologi Islam dalam konsep Hikmah Muta'aliyah.
Nama lengkap Sadr ad-Din Muhammad shirazi (Pemikiran filsafat Mulla Sadra telah menjadi inspirasi dari para pemikir setelahnya. Termasuk Ayatullah Imam khumaini dan Syahid Muthahari.
4. Syeikh Mufid
Bernama lengkap Abu Abd Allah Muhammad Ibn al-Nu'man al-'Ukbari al-Baghdadi yang wafat tahun 1022. Bagi pengikut Syiah Syeikh Mufid adalah seorang teolog dan ahli fiqih. Dia juga penulis yang sangat aktif lebih dari seratus karya.
Di zaman Syeikh Mufid mayoritas ahli agama mempersoalkan posisi akal. Akan tetapi Syeikh Mufid memanfaatkan akal untuk dapat memahami hukum syar'i dari sumbernya. Persoalan akal juga membuat Syeikh Mufid mengkritik dan menjelaskan ulang buku gurunya yang hanya mengutip teks ayat dan riwayat. Buku itu berjudul Tashhih I'tiqadatil Imamiyah.
Terakhir saya akan mengutip pernyataan filosof William Chittik bahwa masyarakat Amerika tidak menerima filsafat selain filsafat barat dan modern, mereka tidak membaca dan paham selain Plato dan Aristoteles. Tetapi mahasiswanya adalah pencari ilmu. Masyarakat Amerika lelah dari dunia baru dan pemikiran matrealisme, mereka mencari sesuatu yang baru dan siap mendengarkan ide baru. Mereka tertarik dengan pembahasan sufistik, puisi-puisi dan filsafat Islam.
Permintaan Gus Dur tersebut, bagi saya bukan permintaan yang kecil, tetapi permintaan yang sangat besar. Jika konsep-konsep akal dan rasionalitas menjembatani persoalan materi dan agama maka cukup banyak persoalan akan terselesaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H