Mohon tunggu...
Hafiz Hasibuan
Hafiz Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Filsafat Islam

Tinggal di Iran sambil studi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Berpuisi hingga Rasa Menjadi Nyata

18 September 2020   21:08 Diperbarui: 18 September 2020   21:12 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Penyair yang tenggelam dalam keindahan Ilustrasi by arthibition

Para penyair selalu berusaha menyampaikan keindahan yang mereka saksikan melalui keindahan puisi. Karena keindahan yang mutlak dan tak terbatas pasti tidak bisa berwujud benda, atau berwujud gambar. 

Para penyair dengan kekuatan khayal (tempat penyimpanan bentuk parsial yang ditangkap oleh indra) mereka menemukan keindahan yang tidak terbatas pada diri mereka. Keindahan mutlak yang tak terbatas yang ditemukan para penyair hanya bisa digambarkan dengan kata-kata dalam bentuk puisi.

Benar jika kata memiliki batasan. Tetapi rangkaian kata akan memberikan makna yang tidak terbatas. Mereka menyusun puisi bukan menjadikannya objek bahwa puisi yang ditulis adalah sebuah keindahan. Tetapi berusaha membuat para penikmat puisi dapat menemukan keindahan yang ada pada diri.

Tulisan para penyair hanya berbentuk huruf-huruf, sedangkan bacaan para penyair hanya menghasilkan suara. Tetapi yang hadir pada si pembaca dan penyimak adalah makna. 

Makna tidak berada diluar pribadi seseorang, tetapi hadir pada diri. Penyair akan membuat si pembaca dan penyimak menemukan keindahan pada diri mereka sendiri.

Iran sangat kaya dengan seni dan pengetahuan. Pada zaman dahulu, setiap ilmuan juga penyair dan seniman. Begitu besarnya mereka hingga di depan gedung PBB dibangun empat patung ilmuan Iran yaitu Umar Khayyam, Abu Raihan Biruni, Muhammad Zakaria Razi, Abu Ali Sina (Ibnu Sina).

Patung Umar Khayyam, Abu Raihan Biruni, Muhammad Zakaria Razi, Abu Ali Sina (Ibnu Sina) di depan gedung PBB ilustrasi by wikipedia
Patung Umar Khayyam, Abu Raihan Biruni, Muhammad Zakaria Razi, Abu Ali Sina (Ibnu Sina) di depan gedung PBB ilustrasi by wikipedia

Mulai dari seni arsitektur yang dapat dilihat dari peninggalan bangunan yang bersejarah seperti kota Isfahan yang dikenal di barat sebagai kota setengah dunia dan bangunan bersejarah lainnya yang hari ini dapat disaksikan hampir di setiap kota di Iran.

Begitu juga dengan syair. Ada banyak penyair Iran yang namanya telah mendunia, seperti Maulana Rumi, Umar Khayyam, Hafiz, Sa'di, dan banyak lainnya. Puisi-puisi mereka bukan saja indah, tetapi juga memiliki nilai mistik, sufistik dan filosofis. 

Sebagian rakyat Iran yang saya lihat, bukan saja tenggelam dengan menghafalkan puisi-puisi para penyair, tetapi beristikharah dengan menggunakan puisi-puisi. Bahkan setahu saya, puisi-puisi pemikiran Maulana Rumi juga telah mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia.

Para penyair memisalkan peranan mereka seperti seorang pandai besi yang memiliki khayalan tentang sebuah pedang yang sangat tajam di dalam benak mereka. 

Si pandai besi memukul terus menerus besi yang keras supaya berubah menjadi pedang tajam yang ada dalam pikiran mereka. Begitulah para penyair yang selalu berpuisi terus menerus supaya manusia yang lain menyadari keindahan yang mereka rasakan.

Seorang filosof Iran modern yang bernama Ibrahim Dinani menceritakan tentang seorang penyair yang bernama Shahriyar yang menulis buku puisi tentang kegelapan. Suatu hari Syahriyar dikunjungi oleh temannya. Ketika temannya tiba dirumah Shahriyar, temannya menyaksikan Shahriyar sedang dalam keadaan kacau, ketakutan dan meminta tolong. Setelah Shahriyar sadar, temannya bertanya tentang apa yang telah terjadi. Shahriyar menjawab bahwa dia sedang berada sendiri tenggelam di tengah lautan sampai dia kembali sadar.

Begitulah kekuatan khayal. Khayal tidak hanya ruang menyimpan gambaran-gambaran di dalam pikiran, tetapi mampu membawa si pemilik khayal kedalamnya. Yang nyata bagi diri tidak lagi dimana fisik berada, tetapi dimana jiwa berada. Semakin penyair bermain dengan makna, maka jiwa si penyair akan terbang menuju ke alam yang penuh dengan keindahan tanpa batas. Bagi jiwa dimanapun dirinya berada disitulah yang nyata baginya.

Berpuisilah hingga rasa menjadi nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun