Walaupun saya tidak berkaitan dengan UIN Malang, tetapi setelah mendengar penyampaian bapak Prof. Imam Proyogo dalam sebuah seminar online bertajuk “University Core Values: When Ignorance Is Bliss” yang diadakan oleh lembaga Penjaminan Mutu Dan Center For Religion And Science UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 25 Agustus 2020, membuat saya takjub. Disitulah saya pertama kali mengenal bapak Imam Prayogo.
Pada tulisan ini saya akan memaparkan kembali apa saja yang telah disampaikan oleh beliau pada seminar tersebut dalam membangun UIN Malang dengan tema “Power Value” (kekuatan nilai) yang dimiliki beliau dalam membangun UIN Malang dalam masa kepemimpinan 1997-2013.
Teladan
Sebagai seorang rektor dan pemimpin sebuah perguruan tinggi, beliau harus menjadi teladan para pegawai, dosen, mahasiswa dan semua instansi yang berada dibawah kepemimpinan beliau. Karena sosok teladan akan memberikan semangat kepada semua yang dipimpin untuk bergerak maju.
Salah satu contoh keteladanan beliau adalah menjadi penulis produktif. Apa yang telah dilakukan oleh beliau bertujuan untuk memotivasi dosen-dosen lain dan para mahasiswa demi meningkatkan kualitas universitasnya.
Keteladanan beliau dalam hal ini terbukti dengan adanya penghargaan MURI sebagai rektor yang menulis artikel di website selama tiga tahun berturut-turut tanpa jeda. Terhitung dari 19 juni 2008 sampai 15 juni 2011 (carikampus.com).
Kontinuitas
Kontinuitas juga tidak kalah penting sebagai Power Value. Jika tidak memiliki kontinuitas maka hal apapun yang dilakukan tidak pernah menjadi jati diri, apalagi menggerakkan sebuah universitas yang memiliki persoalan yang kolektif.
Di awal kepemimpinan, UIN Malang saat itu masih berupa sekolah tinggi dengan jumlah dosen sekitar empat puluh orang dengan usia senja dan memiliki masalah kesehatan. Beliau mengatakan: “Kalau masuk ruang dosen baunya bau balsem. Bahkan dalam beberapa tahun berikutnya, dosennya semakin berkurang karena meninggal”.
Terdapat sejumlah prinsip yang diyakini oleh beliau yang dapat memajukan lembaga dipimpinnya. Prinsip-prinsip tersebut selalu disampaikan kepada jajarannya untuk dapat dilaksanakan, hingga jajarannya hafal dan bosan mendengarkan penyampaian prinsip tersebut. Keteladanan dan sikap kontinuitas beliau akhirnya membuahkan hasil dan merubah segalanya menjadi sebuah kesuksesan.
Memberikan Penghargaan
Ketika bapak Imam berkunjung ke Irak. Beliau melihat jika Saddam Husain memberikan rumah kepada tentara yang telah pensiun. Hal ini kemudian menjadi inspirasinya dengan memberikan penghargaan yang sama kepada karyawannya yang telah pensiun.
Dalam penerapannya, beliau tidak hanya menyiapkan rumah kepada pegawai yang telah pensiun tetapi juga memenuhi segala kebutuhan dasar pegawainya. Hal ini membuat para pegawai terenyuh untuk mencurahkan seluruh perhatian dan fokus untuk membangun lembaga yang mereka kelola.
Contoh lain dari “award” yang diberikan adalah berupa hadiah naik haji atau berupa pemberian mobil kepada dosen yang menyelesaikan program doktoral tepat waktu. Tidak saja memberikan materi sebagai penghargaan, tetapi beliau juga ramah kepada siapa saja. Sikap ini pun saya rasakan saat beliau menyampaikan materi di webinar tersebut.
Sikap sosial ini, mampu memotivasi manusia yang ada disekitar beliau untuk melakukan hal yang sama yang dia lakukannya. Seperti Mahasiswa UIN Malang yang mengelola radio kampus tanpa pendanaan dari universitas. Mereka mengelola radio kampus tersebut dengan uang pribadi mereka sendiri.
Memiliki Cita-Cita
Sebagai seorang rektor universitas Islam di Indonesia beliau memiliki cita-cita yang tinggi. Cita-cita itu adalah bagaimana agar mahasiswa Islam tidak lagi belajar ke negara Timur Tengah atau luar negeri lainnya, bahkan sebaliknya, mahasiswa asing yang belajar di universitas Islam yang ada di Indonesia.
Cita-cita itu kini telah menjadikan UIN Malang memiliki mahasiswa lebih dari tiga puluh negara. Bukan saja dari negara Islam, bahkan dari Rusia pun belajar di UIN Malang.
Memberikan Kesempatan
“Kesempatan” adalah salah satu aspek yang dibutuhkan untuk dapat berkembang. Bapak Imam memberikan kesempatan kepada doktor-doktor baru untuk tampil dan menyampaikan hasil penelitiaannya dengan menyiapkan seminar sesuai disertasi mereka atau berpidato ilmiah dalam pidato disnatalis universitas.
Hal tersebut akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk dikenal dan diundang untuk berbicara dalam forum-forum ilmiah lainnya.
Mencari Ilmu Ke Lembaga Non Islam
Sepertinya bapak Imam mencoba mengamalkan hadis nabi yang mengatakan bahwa tuntutlah ilmu hingga ke Negri Cina. Cina bagi rasul adalah tempat yang sangat jauh dan juga bukan negara Islam.
Beliau menyiapkan dana studi banding ke institusi atau lembaga pendidikan yang bukan islam untuk mempelajari nilai positif mereka dan menerapkannya di UIN Malang.
Membangun Jaringan
Beliau tidak segan-segan membangun komunikasi dengan siapapun dan membangun jaringan dimanapun. Hasil positif dari membangun jaringan itu tentunya juga menguntungkan bagi UIN Malang.
Seperti, beliau memanfaatkan kerja sama dengan universitas yang ada di Arab Saudi untuk mendapatkan bantuan haji sebagaimana yang dijanjikan kepada mahasiswa doktoral yang berhasil menyelesaikan studi tepat waktu, sedangkan kuota haji dari pemerintah terbatas dan menunggu antrian.
Nilai-nilai diatas terlihat sederhana akan tetapi jika dikerjakan dengan ikhlas akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Jika hari ini UIN Malang bisa dianggap universitas terbaik di Malang, tidak lain dikarenakan upaya sang rektor yang telah mengabdikan dirinya selama empat periode. Dari yang sebelumnya Sekolah Tinggi berubah menjadi Universitas Islam Negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H