Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Predikat Sekolah Terbaik, Masih Relevankah?

31 Desember 2019   18:34 Diperbarui: 1 Januari 2020   11:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih banyak sekolah, biasanya di luar Jawa, yang kondisinya "darurat perang" dengan guru yang harus bekerja di luar tugas mengajarnya karena tuntutan hidup. Belum lagi ditambah dengan sarana pra-sarana yang tidak seimbang ketika dikotomi Jawa dan luar Jawa dibuka.

Ketika saya mengunjungi sekolah di luar Jawa atau mendengar kisah mahasiswa dari luar Jawa tentang sekolah di sana, hati saya seperti teriris-iris. Betapa tidak?

Situasi terburuk yang saya temui di Jawa masih belum seburuk situasi di luar Jawa, terutama di pelosok. Saya mengerti bahwa pemerintah Indonesia di periode-periode yang sebelumnya terlalu memanjakan Jawa sehingga lupa bahwa Indonesia bukan Jawa saja. Dampaknya memang luar bi(n)asa.

https://pixabay.com
https://pixabay.com
Ketika pemerintah punya semangat untuk menyamakan (atau mengurangi perbedaan) kualitas sekolah di seluruh Indonesia tetapi label-label "berkualitas'", "bermutu", "top", "bagus", "hebat", dll tidak diberantas, mustahil pemerintah dapat mencapai tujuannya. 

Siapa yang berkepentingan dengan label-label tersebut? Ada sekolah, orang tua, guru, komunitas, dll yang punya kepentingan dengan label tersebut. Mereka mendapat keuntungan dengan pemberian label tersebut.

Jika mau disamakan, ini ibarat Petra yang dibubarkan Presiden Jokowi lalu, yang sudah mengeruk keuntungan dari Pertamina tanpa ampun. Keberadaan mereka yang ingin mempertahankan label-label tersebut bisa disamakan dengan posisi Petra terhadap Pertamina. 


Lebih seru lagi, jalur PPDB yang diterapkan seakan melegalkan pelabelan terhadap sekolah. Namun, jika tidak diatur akan timbul kekacauan yang luar biasa di dunia pendidikan di Indonesia. 

Hingga saat ini, saya tidak pernah percaya dengan label sekolah berkualitas selama saya belum melihat sendiri proses di dalamnya. 

Saya banyak berinteraksi dengan mahasiswa di kelas dan berhasil melakukan "investigasi" terkait situasi di sekolah "berkualitas". Bahkan keponakan saya sendiri juga menceritakan pengalamannya di belajar di sekolah "berkualitas". 

Dia bercerita bahwa dalam pelajaran Fisika, misalnya, guru masuk dan membagikan rumus yang akan dipakai dalam menyelesaikan soal latihan. 

Ujung-ujungnya, sang keponakan bertanya kepada saya tentang soal tertentu dan di situlah saya menemukan bahwa mereka tidak belajar konsepnya, tetapi langsung ke penyelesaian soal berdasarkan rumus yang diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun