Mohon tunggu...
Hany Ferdinando
Hany Ferdinando Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penikmat buku dan musik yang suka tentang teknologi, psikologi, pendidikan, flora dan fauna, kebudayaan, dan hubungan antar manusia.

Belajar menulis dengan membaca, belajar kritis dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Predikat Sekolah Terbaik, Masih Relevankah?

31 Desember 2019   18:34 Diperbarui: 1 Januari 2020   11:24 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/photos/homework-school-problem-number-2521144/

Kalau dicari di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah ini tidak ditemukan. Istilah terdekat yang saya temukan adalah REMEDIASI. 

Apakah Anda menemukan perbedaanya? Menurut KBBI, REMEDIASI adalah tindakan atau proses penyembuhan. Saya tidak tahu mengapa KBBI tidak memasukkan kata REMIDIASI padahal istilah ini sudah bertahun-tahun ada dan dipraktekkan di dunia sekolah.

https://pixabay.com/photos/homework-school-problem-number-2521144/
https://pixabay.com/photos/homework-school-problem-number-2521144/
Siapa yang boleh mengikuti proses REMIDI ini? Semua siswa yang gagal dalam ujian sebelumnya. Setahu saya, proses ini dilakukan sampai siswa bisa melewati SKM. Jadi, ini sebuah proses yang melelahkan, panjang, dan (mohon maaf) tidak mendidik!

Menurut hemat saya, pemberian kesempatan untuk ujian ulang ketika ujian sebelumnya gagal tidak menjadi hak semua siswa. Kita bisa bedebat panjang tentang hal ini, tetapi saya punya argumen yang kuat yang melatarbelakanginya.

Ketika REMIDI menjadi hak semua siswa, maka siswa tidak pernah diajar untuk bertanggung jawab dalam ujiannya. Siswa akan merasa punya "ban cadangan" bahkan ketika ujian belum dilaksanakan. 

Dengan demikian, siswa tidak mempersiapkan dirinya dengan baik dan bertanggung jawab. Siswa tidak diajar untuk menghargai hal-hal yang bisa terjadi sekali seumur hidup (baca: once in a lifetime). Bukankah ini hal yang jauh lebih penting dari sekedar nilai SKM?

Bagaimana sekolah memperlakukan siswa yang akan mengikuti REMIDI? Para siswa ini dikumpulkan di kelas dan melakukan latihan soal sebelum REMIDI. 

Sebenarnya, ini sah-sah saja, tetapi ketika soal yang dilatihkan itu punya kemiripan yang sangat tinggi dengan soal yang akan dipakai dalam REMIDI, bukankah ada sesuatu yang aneh? 

Siswa REMIDI hanya tinggal mengulang sesuatu yang baru saja dipelajari tanpa ada pengendapan sebagai bagian dalam proses belajar. Akibatnya, tidak ada hal mereka pelajari sama sekali, karena tujuan kegiatan tersebut hanyalah mencapai batas SKM.

Seharusnya, siswa diminta untuk mempersiapkan diri secara mandiri. Jika ada kesulitan, guru akan berdiri sebagai penopang. Dengan model yang dilakukan selama ini, sepertinya REMIDI adalah tanggung jawab sekolah, bukan siswa.

Lalu, ketika mereka berhasil mencapai SKM yang ditentukan, apakah ada perbedaan dengan nilai siswa yang diraih tanpa REMIDI? Menurut saya, seharusnya ada bedanya! Memberikan nilai yang sama kepada semua siswa tanpa peduli dengan REMIDI menambah daftar panjang kegagalan sekolah mengajarkan tanggung jawab kepada siswanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun