Statistik memang ilmu yang 'menyenangkan'. Bagaimana menurut Anda? Dengan berbekal data yang sama, dua ahli statistik bisa memunculkan analisis yang berbeda berdasarkan metode yang berbeda. Apakah itu berarti keabasahan metode tersebut dipertanyakan?
Hm.... bukan kapasitas saya untuk menilainya, tetapi ada semacam acuan dalam menggunakan metode analisis statistik yang detilnya hanya dipahami oleh mereka yang berkutat dengan ilmu yang satu ini.
Ilmu yang dimunculkan untuk menangani hal-hal yang bersifat tidak pasti ini telah digunakan dalam banyak bidang karena ketidakpastian selalu ada di dunia nyata. Hal-hal yang ideal hanya ada di angan-angan dan kita memerlukan sesuatu yang bisa dipakai untuk menganalisis ketidakpastian tersebut.
Dalam tahun politik, statistik laris manis digunakan untuk berbagai survei terkait dengan elektabilitas, swing voters, pemahaman masyarakat terhadap calon peserta pemilu, dll.
Berbagai indikator negara juga dimunculkan analisisnya berdasarkan statistik, seperti situasi ekonomi makro dan mikro, yang menjadi sebuah komoditi terlaris dalam masa tersebut.
Selain itu, di level masyarakat umum akan dirasakan dampaknya terkait dengan daya beli yang meningkat, tingkat pengangguran yang rendah, dll.
Beberapa waktu yang lalu ramai diberitakan bahwa Sandiaga Uno heboh membandingkan harga chicken rice di Singapura yang lebih murah daripada di Indonesia. Secara statistik, apakah ini benar? Mari kita lihat bersama-sama.
Bagi mereka yang pernah mengunjungi negara singa ini, jenis makanan yang satu ini sangat mudah ditemukan. Sepertinya semudah menemukan rendang di kota Padang, pecel di berbagai kota di Jawa, dll.
Chicken rice bukanlah jenis makanan mewah yang hanya bisa ditemui di restoran mewah atau hotel berbintang. Di pinggir jalan pun (kan tidak mungkin di tengah jalan...), kita bisa menemukannya. Setidaknya itu dulu saat saya berkunjung ke sana lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Membandingkan secara pisang ke pisang
Istilah apple-to-apple telah digunakan secara luas untuk prinsip membandingkan yang fair. Di sini saya menggunakan istilah 'pisang ke pisang', karena lebih membumi di Indonesia. Mengapa istilah apple-to-apple muncul di dunia sono? Karena jenis apel yang ditawarkan ragamnya terlalu banyak. Jadi kalau membandingkan harus jelas. Setidaknya ini analisis saya pribadi.Â