Saat menjadi mahasiswa, saya juga terlibat menjadi asisten kuliah Fisika yang mengarahkan mahasiswa peserta kuliah Fisika untuk memahami soal-soal yang diberikan dosen.Â
Waktu itu, saya melihat bahwa model asisten yang berdiri dan mengerjakan semuanya di depan dan disalin oleh mahasiswa bukanlah pendekatan yang tepat. Saya memutuskan untuk meminta mereka mengerjakan sendiri-sendiri tetapi saya akan memantau satu demi satu.Â
Jika ada yang akan diminta untuk mengerjakan di depan kelas, maka saya akan menunjuk mahasiswa yang tidak mampu mengerjakan sendiri. Bukan dengan maksud mempermalukan dia, tetapi lebih ke arah memotivasi bahwa dia juga bisa mengerjakan. Namun, saya tidak pernah memaksa mereka...
Menurut saya, jika mahasiswa yang mampu mengerjakan sendiri dipanggil untuk mengerjakan di depan, tidak ada nilai tambah yang diperolehnya selain sedikit kebanggaan bahwa dia mampu.Â
Lain halnya jika dia yang di depan bukanlah mahasiswa yang belum mampu mengerjakan sendiri. Dengan arahan yang diberikan, dia pasti bisa mengerjakannya dan kembali duduk dengan rasa percaya diri yang sedikit naik.Â
Mana yang lebih baik? Saya sendiri juga belajar bagaimana mengarahkan mahasiswa tersebut sehingga dia PASTI bisa mengerjakan soal yang diberikan. Ini sebuah tantangan buat saya dan membuat saya terus belajar.
Akhir kata, tidak ada kata terlambat dalam memulai sesuatu. Mari kita berkontribusi untuk pendidikan yang lebih baik! Bukankah perjalan seribu kilometer dimulai dengan satu langkah?
Salam kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H