Apa reaksi keluarga saat mengetahui bahwa anaknya yang cerdas luar biasa ingin menjadi guru? Setahu saya, sebagian besar tidak mendukung. "Wah, sayang ya... dia mau jadi guru". Namun, saat ada guru yang dinggap kurang menguasai materi, muncul anggapan bahwa guru itu kurang cerdas. Sebuah paradoks bukan?
OK, sekarang balik lagi ke usulan saya di atas. Saya tidak tahu apakah masa studi 4 tahun itu terlalu panjang atau terlalu pendek untuk FKIP sehingga saya tidak mengusulkan perubahan dalam hal ini.Â
Satu hal penting adalah masa 4 tahun adalah masa calon S.Pd diberi berbagai ilmu tentang pendidikan, seperti calon S.Ked yang diberi berbagai ilmu tentang kedokteran. Sebelum diberi hal menyandang, S.Pd, program koas perlu diikuti dan diakhiri dengan ujian.
Program koas ini harus bekerja sama dengan institusi pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan karena institusi inilah yang akan memberikan penilaian dan rekomendasi terkait dengan hasil belajar mahasiswa koas tersebut. Di sini, ada celah yang dapat disusupi dengan ketidakjujuran, tetapi itu semua mari kita kembalikan kepada mereka yang bersedia menampung para peserta koas.
Dalam masa koas, para calon S.Pd ini dihadapkan pada berbagai macam situasi nyata yang mungkin terjadi. Di situlah mereka belajar seperti pada calon S.Ked menghadapi pasien dan melakukan diagnosa di bawah pengawasan mentornya.
Setelah para calon S.Pd dinilai layak untuk mendapatkan gelarnya dan disebut 'guru muda', maka mereka diwajibkan untuk mengikuti program penempatan seperti para dokter muda penyandang S.Ked. Mereka diberi tanggung jawab untuk menangani sebuah kelas yang akan dievaluasi oleh sekolah yang menerima mereka.Â
Pada akhir masa penempatan tersebut, mereka baru boleh dikukuhkan sebagai guru dan dapat diberi tanggung jawab penuh.
Saya tahu bahwa ini bukan langkah yang mudah, tetapi bukankah ada harga yang harus dibayar tatkala kita menginginkan sesuatu yang lebih baik?
Penutup
Saya bukanlah lulusan program FKIP tetapi saya menaruh minat pada hal-hal seputar pendidikan. Sejak SMP, saya menjadi 'guru les' buat adik kandung saya karena orang tua melihat bahwa saya bisa membimbing adik dalam hal pelajaran.Â
Hal ini berlangsung hingga saya menyelesaikan SMA dan melanjutkan kuliah di luar kota. Di kota yang baru, saya juga bekerja memberikan les untuk anak SMA. Di situ kemampuan saya benar-benar dilatih untuk beradaptasi dengan berbagai gaya belajar dan situasi siswa di sekolah.