Makanan
Kalau dalam kampanye di Indonesia, kadang-kadang, ada nasi bungkus dan makanan kecil, maka di sini juga demikian. Makanan yang biasa disajikan adalah sup kacang polong (dalam bahasa Finlandia: hernekeittö). Kacang polong direbus sampai lembek dan dicampur dengan daging (biasanya ayam atau sapi) atau versi vegetarian. Bumbu yang dicampukan adalah garam, mustard (sinappi), sedikit gula, dan bawang bombay. Kalau disajikan di rumah, biasanya dimakan bersama dengan roti tawar dari gandum jenis rye (warnanya coklat tua) atau oat yang dilaburi mentega. Berhubung ini disajikan di ruang terbuka, maka biasanya tidak disediakan roti sama sekali. Kepopuleran sup ini memang bisa dibilang cukup tinggi. Dalam setiap kampanye, sup ini selalu disajikan pada hari Sabtu.Â
Dalam pembicaraan di sebuah stan, seorang anggota partai mengatakan bahwa ia bertanggung jawab untuk memasak sup kacang polong ini. Dia mengatakan bahwa hari Sabtu yang lalu dia menyiapkan 200 porsi dan ternyata habis dalam waktu sekejab. Jadi dia berencana untuk menyiapkan 500 porsi. Itu berarti 30 kg kacan polong dan hampir 200 liter air untuk memasaknya.
Cara memilih
Pilkada dilakukan secara langsung dan serentak tetapi orang bisa melakukan pemilihan sebelum hari H. Caranya adalah dengan mendatangi kantor pos atau beberapa tempat yang telah ditentukan untuk hal ini. Pemilih menunjukkan kartu identitas (KTP) dan petugas akan mencari data yang bersangkutan untuk selanjutnya diberi kertas suara.Â
Kertas suaranya sangat sederhana! Sayang, saya lupa memotretnya saat memilih tadi pagi. Surat suara berukuran A5 dan dilipat dua. Bagian kiri terdapat tulisan dalam bahasa lokal yang saya tidak mengerti karena kemampuan bahasa Finlandia saya sangat rendah, sedangkan di sebelah kiri terdapat sebuah lingkaran berdiameter kira-kira 7-8 cm. Disitulah pemilih menuliskan nomor yang dipilih. Surat suara dicetak hitam putih, tanpa foto kontenstan dan logo partainya. Ngirit juga ya!Â
Saya teringat pemilu di Indonesia menggunakan surat suara dengan foto kontestan dan logo partai, full color, dengan ukuran yang luar binasa besarnya. Posisi foto kontestan dan cara melipatnya bisa jadi analisis yang panjang karena dianggap menguntungkan beberapa pihak. Selain itu, dengan surat suara yang besar dan full color, pasti memakan biaya yang cukup besar.
Dalam bilik suara terdapat daftar nama kontestan, nomor, dan partainya sebagai pemandu bagi pemilih. Jadi, tidak disediakan paku atau alat penusuk seperti yang di Indonesia. Setelah selesai, surat suara dilipat seperti semula (tinggal dilipat sekali), diberi stempel untuk petugas dan dimasukkan ke kotak suara.Â
Apakah pemilih yang telah melakukan pemilihan terlebih dahulu bisa memilih lagi? Tidak! Ada sebuah database yang mencatat keikutsertaannya sebagai pemilih sehingga setiap orang hanya bisa memberikan satu suara. Mungkin sistem ini masih mudah diterapkan di Finlandia karena infrastukturnya sudah siap. Selain itu dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 6 juta jiwa, melakukan hal ini juga tidak terlalu rumit. Bukankah jumlah pemilihnya pasti kurang dari itu? Coba bandingkan dengan di Indonesia yang jumlah pemilihnya mencapai lebih dari 100 juta.