Mohon tunggu...
Hawin Fizi Balaghoni
Hawin Fizi Balaghoni Mohon Tunggu... Aktivis Kemanusiaan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Alumni Universitas Negeri Surabaya. Pedagang Kecil dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Menulis Menjadi Hobi - Traveler - Marketing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pisank Man Prolog Mengejar Cinta

25 Oktober 2018   05:52 Diperbarui: 28 Oktober 2018   22:42 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah alami desa membuat Wortel Women terpikat. Berulangkali dia selfie mengabadikan spot pemandangan. Dr Talaz mengira Wortel Women mengalami kendala di perjalanan, hingga siang hari Wortel Women belum juga sampai di rumahnya. Namun beliau tidak sampai hati untuk meninggalkan Pisank Man sendirian lagi seperti kemarin. Setidaknya Pisank Man masih membutuhkan perhatian serius meskipun kondisinya sudah semakin membaik. Kesempatan keluar rumah hanya ada ketika Pisank Man telah tertidur, Dr Talaz diam-diam berniat mencari Wortel Women. Belum sampai beliau mengeluarkan Motor Turbo Ramban dari kejauhan sudah terlihat Wortel Women mengendarai scoternya. Perasaan lega pun membuat Dr Talaz mengelus dada.

"Sini mbak Wortel Women." Teriak Dr Talaz dengan melambaikan tangan.

Anggukan kepala Wortel Women menandakan dia tahu apa yang diisyaratkan Dr Talaz. Jarak yang tidak begitu jauh membuat pandangan kearah keduanya tampak jelas. Pisank Man tidurnya pulas sampai suara mesin scoter Wortel Women tidak membangunkannya. Dr Talaz mempersilahkan Wortel Women untuk masuk ke rumahnya. Mereka berdua berbincang hangat. Tentang alat kesehatan yang Dr Talaz buat dipertanyakan oleh Wortel Women. Melihat alat kesehatan bukan buatan pabrik membuat perasaan Wortel Women kagum. Bentuknya unik dan ringan, fungsi alatnya sangat details, semacam terobosan untuk pengganti infus yang membutuhkan waktu lama di injeksi ke tubuh.

"Alat ini sederhana cara kerjanya sama seperti infus, kalau mau digunakan untuk orang sehat juga bisa. Jadi tubuh bisa menyerap kadar gula dari cairan alat ini dengan cepat tanpa terpengaruh tekanan darah sedang tinggi atau normal."Papar Dr Talaz.

Ekspresi Wortel Women hanya terperangah di rumah reot ini ternyata ada seorang ilmuwan jenius. Wortel Women semakin penasaran kepada ponakan Dr Talaz. Setelah sekian lama berbincang, Dr Talaz mengajak Wortel Women untuk memeriksa keadaan terkini Pisank Man. 

"Pisank Man.. bangun Nak, ada perawat yang datang." Halus suara Dr Talaz berbisik di telinga.

"Ya paman.." Kata Pisank Man. 

Wajah pucat itu mendadak memerah melihat sosok wanita cantik di depannya. Wortel Women membuat suasana ruangan kamarnya seakan melebar sendiri. Pisank Man terpacu adrenalinnya untuk segera berjabat tangan. Namun energi yang belum terkumpul hanya mampu memberi isyarat dunia belum berakhir. Dia masih sangat ingin hidup lebih lama lagi. Wortel Women matanya berkedip-kedip membuka harapan akan pintu surga yang akan terbuka hari ini. Tangan Wortel Women bergerak memeriksa kerah baju yang mungkin kusut selepas menaiki scoter. Dimata Pisank Man dia sedang menata kembali puing harapan atas keberadaan wanita impian. 

"Mas, kenalkan saya Wortel Women." Sapa Wortel Women tangannya menjulur mencari jemari Pisank Man yang tulangnya cukup keras untuk ukuran seumurannya. 

"Iya, saya Pisank Man. Salam kenal balik." Suara itu sangat terdengar lirih terbata-bata. Wortel Women memberikan senyum hangat menyadari ini baru pertamakali dalam pertemuan mereka berdua. Dr Talaz menyarankan kepada Wortel Women segera memeriksa kondisi Pisank Man, lalu melanjutkan dengan jamuan makan siang seadanya. Wortel Women meminta Pisank Man untuk lebih santai dan tidak cemas sebab dia seorang perawat profesional. Setelah dicek kesehatannya, menurut Wortel Women terdapat penyakit di ulu hatinya. Mungkin karena terlalu banyak menyendiri, kurang kasih sayang, jablay, atau juga bisa karena merindukan seseorang yang dia cintai. Dr Talaz pun merasa bersalah, sebab beliau menyadari telah terlambat menyadari hal itu. Beliau pun menanyakan secara langsung kepada Pisank Man perihal apa yang dipaparkan Wortel Women. Pisank Man hanya mengangguk, dan sedikit meneteskan air mata. Keluarga kecil itu pun berpelukan untuk menunjukkan betapa berarti kebersamaan keluarga yang utuh. Wortel Women menulis resep di sebuah kertas memo yang dia keluarkan dari tas kecilnya.

"Karena disetiap kondisi kesehatan sangat tergantung kepada psikologi. Berbahagialah atas apa yang kamu memiliki saat ini. Hidup tidak harus sama, namun yang sama adalah setiap orang memiliki hati. Berbahagialah dalam setiap peristiwa meski kadang kamu bukan sebagai pemeran utamanya. Cepat sehat ya, resep ini bukan obat herbal, Namun obat hati agar kamu tidak merasakan selalu sendiri. Salam kenal ya." Tulis Wortel Women.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun