Negeri Di Atas Awan
Hari itu cuaca di kampung halamanku cukup panas ditambah lagi banyaknya debu bertebaran di mana-mana. Bersama Pak Kadiman, Â Bahadur ingin pergi kesuatu tempat yang acapkali menjadi pembicaraan banyak orang tentang begitu indahnya tempat itu, yaitu Negeri Diatas Awan Desa Argosari. Entah apa dibenak Bahadur, ia malam tadi layaknya mendapatkkan wangsit untuk menjejah tempat itu. Sekalipun dengan perbekalan seadanya, Pak Kadiman dan Bahadur layaknya menjadi perwakilan khusus untuk dapat sampai ditempat itu.Â
" Dur, kamu nggak salah kalau ada tempat namanya Negeri diatas Awan? " tanya Pak Kadiman.
" Beneran Pak, kemarin malam saya dapat mimpi itu, Negeri diatas Awan itu tentu pastinya ada. Sebuah tempat dimana embun pagi selalu menemani siapa saja dengan mesra, dengan gugusan awan yang tertidur dibawah kaki kita." Jawab Bahadur.
" Lalu untuk sampai disana, perjalanan kesana kita bagaimana, apa kita akan terbang? " tanya Pak Kadiman lagi.
" Loh.. tidak pak, kita harus yakin kaki kita akan sampai disana, meskipun kita menempuhnya cukup jauh. Sesampainya disana saya ingin mengucapkan salam persahabatan alam. " Jawab Bahadur.
Mereka berdua pun memulai perjalanannya. Untuk sampai di Negeri diatas Awan harus melewati Desa Senduro -- Desa Kandang Tepus -- barulah sampai di Desa Argosari. Dengan berjalan kaki, rasanya cukup melelahkan untuk melewati 17 Km medan yang naik turun. Tetapi semangat yang kuat tentu dapat memompa tenaga, juga rasa cinta akan mengantarkan kaki untuk segera bertemu obat penawarnya. Desa Argosari telah masuk dalam daftar kawasan terindah yang ada di Kabupaten Lumajang (Sebuah tempat kuno yang dulunya bernama Kerajaan Lamajang).
" Dur, apa tindak lanjutmu, setelah kita sampai sejauh ini. Sangat melelahkan jika semua orang harus berjalan kaki, mereka butuh sesuatu yang memudahkan untuk sampai di negeri diatas Awan." Tanya Pak Kadiman.
" Saya rasa juga begitu, kita butuh terusan Panama." Jawab Bahadur
" Kamu jangan ngawur, itu namanya kita menjiplak, salah satu dosa besar yang tidak diampuni para ilmuan. Aku tidak mau ! " bentar Pak Kadiman.
" Hanya dengan cara itu, kita dapat memudahkan semua orang untuk sampai disini. Sebuah Terusan panama menuju Surga Negeri Diatas Awan. Saya pikir biayanya tidaklah mahal, hanya perlu banyak tirakat. " Jawab Bahadur.
" maksud Kamu? " sahut Pak Kadiman.
" Begini pak, Pertama masyarakat harus disadarkan untuk saling menjaga alam disekitarnya. Biar sama-sama indah dimanapun kita berada. Kedua dukung budaya masyarakat sebagai titipan anak cucu. " Jawab Bahadur.
" Lalu untuk apa kita namakan semua itu dengan Terusan Panama?" sahut Pak Kadiman.
" Biar ada pembeda kalau di Amerika sana ada terusan Panama, disinipun juga ada. " Jawab Bahadur.
" Itu bukan pembeda, tapi persamaan Dur !" nada kesal Pak Kadiman.
" Bukan Pak, tetap ada perbedaan sudut pandang. Panama disana untuk kesenangan dunia, sedangkan disini untuk Mengajak Tirakat. Sebab sampai kapan pun kita bukan mereka, mereka juga bukan kita. ada budaya barat dan timur. " Jawab Bahadur dengan mantap.
" Uemm.. aku paham dur, maksud kamu Jika pada akhirnya semua wilayah di Kecamatan Senduro menjadi indah, kita akan melihat kawasan Senduro sebagai contoh geografis yang baik. Kita akan serasa berwisata setiap hari dimana pun kaki kita melangkah di Senduro. Itulah fungsi Terusan Panama kita." jelas Pak Kadiman dengan yakin.
" Yappss.. Sae Pak, benar sekali." Sahut Bahadur.
Mereka berdua benar-benar menikmati keindahan Desa Argosari Kecamatan Senduro. Dapat menyegarkan mata oleh panorama alam masyarakat tengger, dan akhirnya pulang dengan membawa banyak inspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H