Dikutip dari website halodoc.com Retardasi mental adalah gangguan intelektual yang umumnya ditandai dengan kemampuan mental atau inteligensi yang berada di bawah rata-rata. Kondisi ini juga kerap disebut disabilitas intelektual dan ia bisa memengaruhi kapasitas seseorang untuk belajar dan menyimpan informasi baru. Bahkan kondisi ini juga bisa memengaruhi perilaku sehari-hari seperti keterampilan sosial dan rutinitas kebersihan.
Berikut gejala awal yang harus diwaspadai yaitu:
- Sering berputar, duduk-berdiri, merangkak, atau terlambat berjalan.
- Mempunyai gangguan dalam berbicara seperti gagap, lamban dalam memelajari sesuatu hal yang sederhana, seperti berpakaian, membersihkan diri, dan makan. Kesulitan mengingat barang.
- Kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain.
- Gangguan perilaku seperti tantrum.
- Kesulitan dalam melakukan diskusi, sulit menyelesaikan suatu masalah, atau pola pikir yang kurang logis.
Retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
*Â Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
 - Educable (masih bisa dididik).
 - Mandiri sepenuhnya dalam perawatan diri ketika mereka bertambah tua.
 - Perkembangannya lebih lambat daripada normal.
 - Masih mampu berbicara untuk kebutuhan sehari-hari dan wawancara klinik.
 - KESULITAN
  > Akademik (membaca, menulis).
  > Emosional dan sosial (Terlihat, misal perkawinan, mengasuh anak, masalah adaptasi dengan budaya).
*Â Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
 - Trainable (dapat dilatih) .
 - Ketrampilan motorik terhambat.
 - Masih bisa belajar dasar" menulis, membaca, berhitung.
 - Harus diawasi sepanjang hidup.
 - KESULITAN
  > Mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa.
  > Kemajuan sekolah terbatas.
  > Kemampuan mengurus diri
* Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
 - Mirip dengan retardasi mental sedang, bedanya terjadi kerusakan motorik (adanya defisit neurologis).
*Â Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20
 - Sangat terbatas kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
 - Terbatas dalam mobilitas.
 - Inkontinensia (ketidakmampuan dalam mengontrol kandung kemih).
Diagnosis retardasi mental
      Retardasi mental dapat dicurigai dari beberapa sebab. Contohnya jika bayi memiliki abnormalitas fisik karena memiliki kelainan genetik atau metabolik, berbagai macam pemeriksaan dapat juga dilakukan untuk memastikan diagnosis tersebut.
Nah, ada tiga jenis faktor yang dapat menentukan diagnosis retardasi mental yaitu:
- Wawancara dengan kedua orang tua.
- Observasi terhadap anak
- Uji intelegnsi dan kemampuan adaptif.
      Nantinya seorang anak akan didiagnosis mengidap retardasi mental jika kekurangan dalam IQ dan kemampuan adaptif.
Beberapa faktor yang nyatanya bisa meningkatkan risiko pada anak antara lain,
- Faktor biologis, Â contohnya saat terjadinya kelainan kromosom pada pengidap sindrom down.
- Faktor metabolik, beberapa kelainan metabolik dapat meningkatkan risiko retardasi mental seperti penyakit phenylketonuria (PKU).
- Faktor prenatal, perawatan pra kelahiran yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit pada bayi.
- Faktor psikososial, yakni lingkungan rumah dan keluarga yang menyebabkan kondisi ini terjadi.
Lalu benarkah retardasi mental berlangsung seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan? Jawabannya adalah ya, Faktanya Retardasi mental berlangsung seumur hidup dan tidak bisa disembuhkan. Meski begitu, ada beberapa terapi khusus untuk mengembangkan kemampuan pasien agar pasien dapat menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri.
     Khusus ntuk bayi dan anak-anak, Intervensi awal bisa meliputi Terapi wicara, terapi okupasi, Terapi motorik-fisik, konseling keluarga, latihan penggunaan alat khusus, program pengaturan nutrisi.
     Sedangkan pada anak usia sekolah yang memiliki retardasi mental, mereka dapat didaftarkan pada program sekolah khusus untuk retardasi mental demi  meningkatkan kemampuan adaptabilitas anak.
Pencegahan Retardasi Mental
     Salah satu yang paling sering dan dapat dicegah dari banyaknya kemungkinan penyebab retardasi mental adalah sindrom janin alkohol. Jadi, ibu hamil sangat disarankan untuk tidak mengonsumsi alkohol.
     Asupan vitamin, vaksin, dan edukasi yang diberikan petugas kesehatan bisa membantu mengurangi faktor risiko.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H